Jun 7, 2019

Hush

0


REVIEW HUSH

Judul: Hush
Penulis: Irfan Rizky
Link: Storial.co

Blurb:

Atmosfer SMA Dharma Luhur sedang panas-panasnya sebab pesta demokrasi: pemilihan Ketua OSIS. Hanya ada dua calon terkuat, yaitu Pranadipa Surya dan Rio Damar. Meski kedua calon ini memiliki sifat yang berbeda, satu dingin dan bijaksana sedang yang lain meledak-ledak dan penuh simpati, tak ada yang mampu menafikan keagungan nalar dan segudang prestasi yang dimiliki Dipa dan Rio.

Sedang Jumila Luhung Jenarkila, anggota OSIS yang netral dan biasa-biasa saja, terpaksa masuk ke dalam pusaran badai. Dirinya tak hanya jatuh begitu dalam, sangat dalam, hingga tiada lagi yang bisa lebih dalam, namun jua harus menyelisik bayang-bayang gelap yang melahirkan insiden demi insiden di sekolahnya. Insiden-insiden yang tidak seharusnya dicampurtangani.

Akankah Jumila dapat meredam panasnya gejolak politik di sekolah? Siapakah yang pada akhirnya akan dimenangkannya? Mampukah dirinya menguak pelaku di balik insiden-insiden tersebut?

Bahkan, jika hal-hal paling menjerikan dan mengerikan mengancamnya, akan tetap teguhkah dirinya?

Review:

Pemilihan Ketua OSIS kerap dijadikan konflik yang menarik dalam sebuah cerita. Hal ini pula yang tersaji pada cerita Hush karya Irfan Rizky yang bisa dibaca gratis di Storial.co. Namun, ada yang unik dengan cerita Hush. Penulis memberikan nuansa yang berbeda karena ceritanya berbau thriller. Porsi romansanya memang ada, namun bukan menjadi prioritas utama. Yang lebih ditonjolkan yaitu perseteruan dua kandidat utama calon Ketua OSIS yang penuh intrik, didominasi kekerasan, bahkan kematian tokohnya yang mengundang tanya.

Kisah Hush diawali dengan munculnya artikel di blog Dharmaslam.com yang isinya sangat provokatif, serta membahas aib siswa bernama Aya Jamil yang bersekolah di SMA Dharma Luhur. Tak ada yang tahu siapa pengelola blog tersebut. Meski blog tersebut tak jelas asal usulnya, namun para siswa memercayainya sebagai sumber gosip termutakhir dan terpercaya. Bahkan Aya yang menjadi bahan gosip nyaris bunuh diri karena berita tentangnya tersebar. Jumila lah yang memergoki saat Aya hendak bunuh diri. Gara-gara hal itu pula, Jumila terjebak di tengah perseteruan dua orang yang berkompetisi menjadi ketua OSIS—Dipa dan Damar.

Tak bisa dipungkiri, blurb dan bab-bab awal cerita Hush sangat menjanjikan. Pembaca terus dibuat penasaran dengan apa yang terjadi, pun dibuat berdebar saat Jamila berdekatan dengan Dipa dan uring-uringan saat Damar muncul. Tak hanya itu, intensitas ketegangan cerita makin meningkat mana kala Jumila mengetahui fakta tentang Kepala Sekolah. Kemisteriusan sikap Kepala Sekolah seakan memberi prediksi lain di balik kekisruhan yang terjadi di sekolah.

Sayangnya, eksekusi cerita Hush terkesan terburu-buru. Banyak pertanyaan menggantung yang tak dijelaskan oleh penulis, seperti alasan Kepala Sekolah merasa harus menyemarakkan prosesi pemilihan Ketua OSIS, serta alasan sahabat Damar berkhianat. Karena mengusung genre thriller, seharusnya penulis lebih piawai lagi dalam mengatur hint dan menutupnya secara apik di ending, seperti yang umum ada di kisah thriller. Bukannya diakhiri dengan narasi puitis yang jujur saja tak cocok dengan cerita yang disajikan sejak awal. Hal ini amat disayangkan, mengingat ceritanya sendiri amat menjanjikan.

Andai cerita ini digarap dengan lebih serius dan teliti, mungkin hasilnya akan berbeda. Meski demikian, cerita ini patut diapresiasi. Terutama gaya menulisnya yang asyik dan lincah. Beberapa artikel di blog Dharmaslam.com pun memberi kesan tersendiri, karena memberi informasi mengenai latar belakang tokoh utamanya secara tak langsung. Ditambah kesan sarkasmenya yang kental, dipastikan membuat pembaca ketagihan tiap membacanya:

Lalu, dapatkah orang-orang seperti ini kita percayakan untuk berada pada elite organisasi kita? Pantaskah orang-orang macam Pranadipa Suryo, Apta Arimurti, dan Rinjani untuk menyetir apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan di sekolah ini?

Pada hakikatnya, pemilihan pemimpin, baik dalam skala besar maupun yang akan terjadi Desember nanti di Dharma Luhur, tak pernah untuk memilih yang paling baik. Sebaliknya, pemilihan dibuat untuk mencegah yang paling buruk pun busuk agar tak berkuasa.

Awalnya, Dharma Luhur adalah salah satu sekolah favorit bergengsi yang dipenuhi murid-murid cakap dan berprestasi, yang banyak lulusannya memiliki karir menawan dan berkontribusi terhadap lingkungan. Tapi entah sejak kapan sekolah ini seolah-olah menjelma lapas kelas pertama, yang menampung para bajingan dan orang-orang brengsek berduit.

Rating: 4/5 bintang

0 comments:

Post a Comment