Sep 5, 2014

Flavia de Angela

0


REVIEW FLAVIA DE ANGELA

Judul: Flavia de Angela
Penulis: Lea Agustina Citra
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Februari 2011
Tebal: 232 hlm, 20 cm
ISBN: 978-979-22-6747-1

Blurb:

Seperti manusia, malaikat juga kuliah, dan mengerjakan skripsi lho. Tidak percaya? Lihat saja kegiatanku sekarang. Setiap hari ke perpustakaan untuk pinjam monitor dan mengamati kehidupan manusia. Tepatnya manusia bernama Sabrina yang tinggal di Jakarta. Sayang, waktu untuk meminjam monitor dibatasi, karena harus gantian dengan malaikat lain. Wah, kalau begini, kapan skripsiku kelar? Akhirnya, aku minta dispensasi ke Profesor supaya leluasa meminjam monitor. Eh, aku malah ditawari turun ke bumi dan meneliti subjekku secara langsung. Hore!

Sayang, muncul masalah baru. Tanpa sengaja, aku salah meminum obat dan penampilanku berubah drastis! Pengaruh obat baru hilang satu bulan kemudian, jadi mau tidak mau, aku harus ke bumi dengan tubuh baru. Di bumi, aku bersekolah di tempat Sabrina, tapi boro-boro bersahabat dengan gadis itu, dianggap temannya saja tidak. Belum tuntas urusan dengan Sabrina, muncul masalah lain. Ares, angelo reseh yang senang menggodaku, ternyata ikut turun ke bumi, tapi secara illegal. Duh, masalah apalagi yang bakal kutemui?

Review:

Siapa sangka malaikat juga kuliah? Harus pusing memikirkan skripsi, pula? Itulah yang terjadi pada Flavia de Angela. Untuk tugas akhirnya itu, dia mengambil tema psikologi manusia yang notabene topik paling sulit untuk dikerjakan. Bukan tanpa alasan Flavia memilh tema itu. Diam-diam Flavia sangat menyukai manusia, malah cita-citanya dulu ingin jadi manusia. Menurutnya, manusia adalah makhluk rumit, aneh, namun menarik untuk diselidiki.

Harapan Flavia akhirnya terkabul! Saat ulang tahunnya yang ke-19, Flavia diizinkan turun ke bumi untuk menyelidiki subjek skripsinua, Sabrina. Sayang, terjadi kecelakaan. Flavia salah meminum obat, sehingga tubuhnya berubah menjadi gendut, jelek, hitam, jerawatan, uhh… pokoknya jauh dari dirinya yang cantik memesona. Pada awalnya, Flavia sempat skeptis dengan kondisi tubuhnya yang jauh dari harapan. Tapi akhirnya ia turun juga ke bumi. Semua ini dilakukan Flavia demi menyelesaikan skripsi.

Di bumi, bukannya menjadi teman Sabrina sebagai usaha mencari data, Flavia malah dijauhi cewek itu. Sabrina—yang terkenal sebagai cewek yang suka menindas cewek lemah—tidak suka dengan kehadiran Flavia. Apalagi Flavia sempat mengalahkan Sabrina yang terkenal pintar di sekolah. Untunglah Flavia tidak sendirian. Dia berteman dengan Rino yang selalu membelanya. Kata-kata Adyt—putra Tante Rosi dan Om Agung yang tinggal serumah dengannya—pun menjadi penyemangatnya. Adyt berkata bahwa inner beauty-lah yang terpenting. “Punya muka cantik memang sudah berkah dari sananya. Tapi, hati yang cantik harus diusahakan, dan tidak semua orang mampu melakukannya.” (hlm 153).

Belum cukup dengan susahnya mencari data untuk skripsi, Ares muncul sebagai murid baru di sekolah. Ternyata, Ares pergi ke bumi secara ilegal! Hal itu membuat Flavia tidak bisa mengacuhkannya begitu saja. Calon malaikat yang turun ke bumi secara ilegal bisa memancing kaum diablo (iblis) turun ke bumi dan membunuhnya.

Masalah demi masalah yang datang, membuat Flavia tersadar. Bahwa selalu ada alasan di balik seseorang melakukan sesuatu. Dari mengamati kehidupan Sabrina, Flavia tahu bahwa kasih sayanglah yang terpenting. Bahwa cintalah yang bisa membuat seseorang bahagia. Terlebih cinta dalam lingkup keluarga. Flavia juga belajar untuk tidak menilai sesuatu dari apa yang tampak di permukaan saja. Karena apa yang tampak tak selalu seindah apa yang dipikirkan.

***

Novel teenlit berbalut fantasi ini mengambil tema yang dekat dengan kehidupan mahasiswa, yaitu skripsi. Penulis patut diancungi jempol, karena bisa memadukannya dengan kehidupan calon malaikat yang ingin lulus dari universitas. Latar kahyangan dalam novel ini pun tampak nyata. Deskripsinya jelas dan tidak berlebihan. Penggunaan bahasa Spanyol juga menekankan bagaimana rupa kahyangan sebagai tempat tinggal para malaikat.

Karakter Flavia, sebagai tokoh utama tampak menonjol. Walau dia sering mengaku malaikat paling bodoh, namun ia termasuk gigih memperjuangkan skripsinya agar cepat selesai. Flavia pun peduli pada Ares, meski pada awalnya dia membenci malaikat itu setengah mati. “Lagipula, tak perlu saling kenal untuk memiliki kepedulian.” (hlm 168).

Untuk plotnya sendiri terlihat mulus dari awal sampai klimaks cerita. Hanya saja, tidak begitu diterangkan saat diablo datang untuk memburu Ares. Saat itu, Flavia keburu pingsan. Mungkin lebih bagus seandainya dijelaskan, karena bisa membuat pembaca merasa tegang. Untuk perasaan Flavia sendiri, sepertinya dia terlalu cepat menyadari kalau menyukai Ares.

Meski ada beberapa kelemahan, namun tak mengurangi keseruan novel ini. Apabila menyukai novel teenlit dengan nuansa fantasi, novel ini bisa dijadikan rekomendasi. Aku memberi rating: 3.5/5 untuk novel ini.

0 comments:

Post a Comment