Nov 30, 2021

Pasukan Buzzer

1


REVIEW PASUKAN BUZZER

Judul: Pasukan Buzzer
Penulis: Chang Kang-myoung
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, 2021
Tebal: 288 halaman 
ISBN: 978-602-065-378-5

Blurb:

Internet, Propaganda, dan Manipulasi Opini Publik.

Sam-goong, Chatatkat, dan 01810 pada awalnya membentuk Tim Aleph sebagai perusahaan pemasaran online yang menawarkan jasa mempromosikan produk atau perusahaan. Dengan Sam-goong yang ahli menyusun strategi, Chatatkat yang pintar merangkai kalimat, dan 01810 yang jago komputer, mereka pun dengan cepat menguasai cara memanipulasi orang-orang melalui internet.

Suatu hari, Tim Aleph menerima permintaan pekerjaan yang aneh.

“Kalian pernah mendengar situs bernama Kafe Jumda? Jika kalian berhasil menghancurkan situs itu dalam waktu satu bulan, aku akan memberi kalian sembilan puluh juta won.”

Dengan keyakinan polos dan menggebu-gebu bahwa mereka bisa mengubah dunia, Tim Aleph pun mulai beraksi. Ketiga pemuda itu sama sekali tidak menyadari bahwa mereka mungkin terlibat dalam permainan politik berbahaya dan organisasi rahasia yang tidak segan-segan menyingkirkan siapa saja yang dianggap bisa merugikan mereka… dengan cara apa pun.

Review:

Tak bisa dipungkiri, internet telah mengubah paradigma kehidupan pada manusia modern. Terlebih era digitalisasi membuat manusia tak bisa lepas dari pengaruh internet. Internet memang mempermudah segalanya. Kita bisa mendapatkan apa saja hanya dengan berselancar di internet—mulai dari informasi, relasi, sampai eksistensi. 

Sayangnya, kemudahan mendapati ketiga hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Mereka mempelajari kecenderungan sosial pada komunitas di internet dan menanamkan paham yang bersifat persuasif. Memancing dan menggiring opini pun dapat dilakukan dengan mudah. Apalagi kebanyakan pengguna internet adalah orang-orang yang menjunjung moralitas yang tinggi.

Chang Kang-myoung menyoroti hal tersebut pada novelnya yang berjudul Pasukan Buzzer. Novel ini mengisahkan tentang Tim Aleph yang beranggotakan Sam-goong, Chatatkat, dan 01810. Awalnya, pekerjaan Tim Aleph hanya berpusat pada usaha mereka untuk mempromosikan produk dan perusahaan. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai memanipulasi orang-orang di internet. Propaganda pun dilancarkan oleh Tim Aleph atas pesanan pihak tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan komunitas yang dirasa mengancam.

Membaca novel ini membuat kita sadar betapa besar pengaruh internet pada kehidupan sehari-hari. Sayangnya, kebanyakan pengguna internet bukanlah tipe pembelajar. Seringnya mereka bersikap egois dan mau menang sendiri. Terutama apabila menyangkut pendapat orang lain.

Sikap semacam ini disebut dengan ‘bias konfirmasi’. Bagaimanapun, bias konfirmasi adalah sikap yang buruk, karena yang dilakukan hanya mencari bukti yang mendukung opini pribadi, bukan fakta yang sesungguhnya terjadi:

“Semakin lama kita menenggelamkan diri ke dalam internet, semakin sering kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan semakin kita percaya pada apa yang kita percayai selama ini.” (hal 69-70)

Novel ini memang cuma setebal 288 halaman. Meski demikian, penulis memberi sentuhan yang elegan dengan kejutan yang tak terpikirkan begitu mendekati akhir cerita. Pembaca pun dibawa pada kesimpulan yang mengerikan bahwasanya propaganda mampu dilakukan. Terutama oleh orang-orang yang berkuasa demi mencapai tujuan mereka.

Novel ini juga memberi gambaran singkat seperti apa industri wanita hiburan di Korea Selatan. Betapa miris melihat wanita hanya dijadikan objek kepuasan para pria. Patut disayangkan bagaimana penulis memperlihatkan wanita tak lebih dari sekadar alat pemuas seks dan dijadikan ‘penggembira’ saat pesta.

Walaupun penulis mengakui Pasukan Buzzer hanyalah fiksi semata, tapi kita bisa lihat seperti itulah fakta yang terjadi saat ini. Aneka peristiwa yang viral dan trending, bahkan skandal para artis, bisa saja merupakan pengalihan isu/konspirasi untuk menutupi kasus tertentu. Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum, meski tak ada bukti yang memberatkan golongan tertentu.

Internet sebagai bentuk kemajuan teknologi memang memberikan banyak manfaat. Sayangnya, bak pedang bermata dua, ada dampak positif dan negatif yang menyertainya. Novel ini menggambarkan jelas hal tersebut. Karena itulah, kita harus bijak menyikapi segala hal yang muncul di internet. Terutama bagi kalangan anak muda yang merupakan pengguna aktif internet:

Selama beberapa waktu, anak-anak muda akan menguasai dan mengguncang internet. Lalu internet akan mengguncang kenyataan. Dan zaman kegelapan pun menjelang. (hal. 182)

Rating: 4/5 bintang

1 comment:

  1. Berat baca ini untuk yang lebih sering baca novel romance, tapi menarik juga baca kayak gini.

    ReplyDelete