Nov 9, 2017

Alcatraz Vs. The Evil Librarians

0


REVIEW ALCATRAZ VS. THE EVIL LIBRARIANS

Judul: Alcatraz vs The Evil Librarians
Penulis: Brandon Sanderson
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan: I, Agustus 2017
Tebal: 288 halaman
ISBN: 978-602-610-997-2

Blurb:

Seumur hidupnya, Alcatraz Smedry telah tinggal bersama puluhan orangtua angkat. Tak ada yang sanggup menghadapi Bakat Alcatraz yang luar biasa dalam merusak barang. Di ulang tahunnya yang ketiga belas, Alcatraz mendapat sekantong pasir, warisan dari orangtua kandungnya. Sebelum Alcatraz sempat mencari tahu lebih banyak, pasir itu hilang.

Hidup Alcatraz menjadi semakin aneh dan kacau ketika datang Pak Tua yang mengaku sebagai kakeknya. Dia diseret ke dalam misi penyelundupan ke Perpustakaan Pusat Kota untuk mencari pasir yang hilang. Ternyata pasir itu bisa dilebur menjadi suatu benda berbahaya yang dapat membuat dunia jatuh dalam cengkeraman kultus Pustakawan Durjana. Kultus ini bertujuan untuk menguasai semua informasi di dunia dan membiarkan umat manusia tenggelam dalam kebodohan. Sanggupkah Alcatraz melaksanakan misi ini, di tengah-tengah kebimbangannya akan jati diri?

Review:

Tak ada satu pun yang mampu bertahan dengan Alcatraz Smedry. Sudah berkali-kali dia berganti orangtua angkat akibat bakatnya yang luar biasa dalam hal merusak barang. Alcatraz memang kerap merusak barang berharga milik orang lain. Alcatraz menyebut dirinya bocah pembawa bencana yang bisa berjalan. Di mana pun dirinya, siap-siap saja barang-barangmu rusak dan tak bisa digunakan.

Kehidupan Alcatraz berubah saat dia mendapat hadiah ulang tahun ketiga belas berupa sekantong pasir, warisan dari orangtuanya. Alcatraz tak menyangka itu bukan kantong pasir biasa. Pasir itu membawanya bertemu kakeknya Leavenworth Smedry, juga petualangan yang mendebarkan di Perpusakaan Pusat Kota.

Alcatraz sama sekali tak menduga bakatnya yang kerap merusak barang ternyata berguna. Petualangan aneh yang dialaminya pun mengungkap jati dirinya, bahkan orang tua kandungnya yang tak pernah ditemuinya.

***

Sebagai salah satu fans Brandon Sanderson, tentu aku menunggu-nunggu novelnya diterjemahkan dan diterbitkan. Aku mesti berterima kasih pada Mizan Fantasi, karena kali ini menerbitkan seri Alcatraz vs The Evil Librarians. Buku ini masuk nominasi Whitney Awards 2007 dengan kategori fiksi remaja terbaik. Dengan iming-iming nominasi tersebut, tentu membuatku tak sabar membaca buku ini. Aku ingin tahu apakah Brandon Sanderson sanggup membuatku jatuh cinta dengan buku ini, sama seperti ketika aku membaca Elantris?

Dan hasilnya... wow, buku ini menarik! Buku ini memang tak seperti Elantris yang temanya berat. Tema buku ini tergolong ringan khas remaja dengan karakter para tokohnya yang mengundang tawa, dan hal-hal ajaib lainnya yang bernuansa fantastis. Misalnya saja ketika Alcatraz bertemu dinosaurus yang dikurung dalam sangkar. Alcatraz tak menduga dinosaurus ternyata makhluk pintar dan tahu sopan santun. Selama ini, informasi yang diketahuinya tak seperti itu.

"Kau paham, setelah semua yang kulihat hari itu, aku mulai merasa tidak aneh menghadapi keanehan. Fakta bahwa dunia ini memiliki tiga benua tambahan masih membuatku syok. Dibandingkan dengan ini, ruangan berisi dinosaurus mini dalam kandang--yang bisa berbicara maupun tidak--tidaklah aneh." (hal. 126)

Selain hal-hal yang berbau fantastis, aku menyukai bagaimana Brandon Sanderson memberi Bakat pada tokoh-tokohnya. Bakat-bakat tersebut terkesan konyol, tapi anehnya sesuai dan menunjang kisah buku ini. Ambil contoh Bakat Leavenworth Smedry yang suka datang telat. Dengan bakatnya tersebut, Leavenworth tak mempan ditembak, karena dia selalu datang telat setelah peluru ditembakkan. Alhasil, peluru tak akan bisa mengenainya. Aneh sekaligus lucu, bukan? Ajaibnya, penjelasan mengenai bakat tersebut dapat diterima dan terkesan masuk akal.

Buku ini menggunakan sudut pandang Alcatraz Smedry sebagai tokoh utama. Sejak awal, Alcatraz sengaja memberi deskripsi membingungkan di awal bab, bahkan memberi epilog yang melenceng dari cerita, hanya supaya pembaca tertipu saat langsung meloncat ke akhir halaman. Menurutku ini lucu. Jujur saja, aku termasuk pembaca yang suka melihat halaman terakhir buku dan tertipu saat membaca buku ini. Good Job, Alcatraz. Terima kasih telah menipuku. Hahaha.

Overall, buku ini membuatku sangat terhibur. Brandon Sanderson membuktikan kepiawaiannya merangkai plot, dipadu karakter para tokoh yang menarik, dan sisi komedinya yang memancing tawa. Kalau memang menyukai novel fantasi yang temanya ringan, Alcatraz vs The Evil Librarians bisa dijadikan pilihan bacaan Anda. Selamat membaca!

0 comments:

Post a Comment