Aug 16, 2014

Diary Princesa

0


REVIEW DIARY PRINCESA

Judul: Diary Princesa
Penulis: Swistien Kustantyana
Penerbit: Ice Cube
Cetakan: I, Februari 2014
Tebal: 260 hlm, 13 x 19 cm
ISBN: 978-979-91-0679-7

Blurb

"Menurutmu kenapa Aksel menyukaiku?" Aku melemparkan pertanyaan cheesy kepada Sisil.

Sisil tertawa. "Kamu ingin mendengarkan pujian terus ya hari ini? Tentu saja karena Princesa itu cantik, pintar, dan baik hati."

Aku tertawa mendengar jawabannya. Seandainya saja Sisil tahu, aku mengharapkan jawaban lain kenapa Aksel menyukaiku. Jawaban yang tidak standar. Seperti jawaban milik Nathan.

Princesa atau akrab dipanggil Cesa adalah cewek yang penuh percaya diri. Dia tahu kalau dia itu cantik, pintar, populer, dan banyak yang naksir. Cesa bisa saja memilih cowok mana pun untuk dijadikan pacar, enggak bakal ada yang nolak deh! Kecuali cowok yang satu itu. Cowok yang menjadi sahabat kakaknya Jinan. Cowok yang Cesa tahu menyimpan rasa hanya untuk kakaknya.

Review

Bisa dibilang pusat kehidupan Cesa adalah kakaknya Jinan. Emosi Jinan yang naik turun membuat Cesa menjadi sosok yang berperan sebagai katarsis kakaknya itu. Dia harus selalu berada di sisi Jinan. Karena kalau tidak, saat Jinan dalam keadaan terpuruk, dia bisa melakukan sesuatu yang ekstrem—yang berpotensi melukai dirinya sendiri.

Kehidupan Cesa seharusnya sempurna. Dia cantik, pintar, dan populer. Vendetta dan Aksel juga terang-terangan berebut ingin jadi pacarnya. Tapi, itu tidak serta merta membuat Cesa senang. Satu-satunya hal yang diinginkan Cesa cuma satu: Nathan. Sayangnya, Nathan tidak tertarik padanya. Nathan hanya suka Jinan. Jinan yang maniak buku. Jinan yang mengidap bipolar disorder sehingga emosinya seperti roller coaster. Jinan yang dianggap Cesa berutang banyak nyawa padanya. Semua hal itu membuat Cesa muak pada Jinan, walau tak pernah diungkapkannya terang-terangan.

Belum cukup masalah cinta yang membuat Cesa pusing, Cesa harus menghadapi kenyataan ayahnya selingkuh di depan matanya sendiri. Orang tuanya pun memutuskan untuk bercerai.

Masalah demi masalah yang datang bertubi-tubi, membuat emosi Cesa jungkir balik. Mirip seperti Jinan. Pada akhirnya, bukan Cesa saja yang harus memilih. Jinan dan Nathan pun melakukannya. Mereka tidak ingin menyakiti perasaan Cesa. Karena mereka menyayangi Cesa. (eh, gak spoiler ending kan? :p)

***

Aku sangat suka Diary Princesa! Bukan karena aku pembaca setia blog dan cerpen-cerpen Mbak Swistien yang bertabur di media, ya. Aku memang suka gaya bercerita Mbak Swistien yang khas dan terkesan blak-blakan. Mbak Swistien banget lah pokoknya :D

Saat membaca novel ini, aku merasa seperti membaca rangkuman blog pribadi Mbak Swistien. Banyak sekali yang pernah aku baca di blog dulu kutemukan lagi di novel ini. Seperti Jinan yang suka Kenshin (aku ingat Mbak Swistien dulu suka menulis surat cinta buat Kenshin :p). Jinan yang diibaratkan seperti Ranchi di Dragon Ball. Dan lain-lain. Dan lain-lain. Saking banyaknya aku merasa blog pribadi Mbak Swistien dibukukan! Hahaha. Menurutku itu gak buruk. Malah asyik. Kan bisa dibilang Jinan = Mbak Swistien :p

Balik ke novelnya. Tema cinta segitiga antara kakak, adik, dan satu cowok mungkin pernah diulas di novel lain. Yang menarik, Mbak Swistien meramunya dengan baik. Aku sangat menikmati interaksi Jinan dan Cesa. Flashback-nya juga diatur rapi. Flashback-flashback tersebut malah seperti jawaban kenapa Cesa merasa lebih berhak atas Nathan, juga kenapa dia selalu menginginkan hal-hal yang disukai Jinan. Cesa yang dari awal digambarkan sebagai sosok berhati mulia yang terus mengalah, sebenarnya juga serakah. Flashback benar-benar menegaskan hal itu.

Yang kurang dari novel ini mungkin konflik Papap dan Mamam. Aku tidak menemukan alasan kenapa Papap berlaku seenaknya pada Mamam. Tapi, kemudian aku sadar novel ini memakai POV Cesa. Sejak awal Cesa memang tidak begitu peduli dengan pertengkaran orang tuanya. Dia selalu menghindar dan pura-pura tidak dengar dengan bermain barbie. Tidak seperti Jinan yang selalu dilibatkan tiap Papap dan Mamam bertengkar.

Oh ya, di novel ini bertabur banyak sekali kalimat-kalimat indah yang bikin aku manggut-manggut. Ini yang paling kusuka:

"Aku telah menemukan paradoksnya. Jika kau mencintai seseorang sampai terasa sakit, maka tak ada lagi rasa sakit, yang ada hanya lebih banyak lagi rasa cinta." - Bunda Teresa (hlm 257)

Ada momen-momen tertentu di novel ini yang bikin aku geregetan. Di satu sisi aku memihak Cesa. Tapi di sisi lain juga paham apa yang dirasakan Jinan. Aku tidak bisa benar-benar benci Jinan. Tapi terkadang kesal karena dia terkesan seenaknya. Ehm, agak ribet, ya?

Overall, novel ini sangat menghibur. Walau ada sedikit typo, tapi tidak membuat keasyikan novel ini berkurang. Untuk itu, aku memberi rating 4/5 untuk Diary Princesa.

Ditunggu novel berikutnya ya, Mbak Swistien. Terus berkarya! Terus menulis! :D

0 comments:

Post a Comment