Oct 28, 2015

Surat Ini Diikutkan di Giveaway Dae-Ho's Delivery Service PSA3

0

Source: Google

Hai, Tuhan

Pasti Kau kaget mendapat surat ini. Kita memang sering berbincang—atau aku yang lebih banyak berbicara, sementara kuharap Kau mendengar dengan khidmat di surga sana—tapi, kupikir penyegaran dalam ‘ritual perbincangan’ kita perlu dilakukan. Siapa tahu Kau lebih terkesan. Atau merasa tersanjung. Sehingga dengan begitu, permohonanku akan lekas dikabulkan. Ah, Tuhan, maafkan aku. Aku memang makhluk-Mu yang bebal. Aku mungkin melewatkan secuil petunjuk yang Kau selipkan lewat keseharianku yang monoton. Maaf, Tuhan, aku manusia biasa. Bukannya manusia tak luput dari kesalahan?

Tuhan, ada sesuatu yang membuatku bertanya-tanya. Kau ingat suatu kali aku pernah mengeluh kenapa Kau membuatku jatuh cinta, lalu membuatku patah hati saat itu juga? Jangan bilang Kau melupakan namanya, Tuhan. Aku sering menyelipkan namanya di ‘ritual perbicangan’ kita. Ya, orang itu. Orang berinisial T.K itu. Sekarang sudah ingat, bukan? Ah, syukurlah. Aku tahu ingatan-Mu semilyar kali lebih sempurna dibanding orang jenius sekali pun.

Tuhan, Kau yang paling tahu betapa aku menyayangi orang itu. Betapa aku tak mengerti dari mana perasaan itu datang dan mengoyak kehidupanku, sehingga aku berusaha keras melepaskannya dari hidupku. Tuhan, aneh sekali mengatakan ini. Tapi, akhirnya aku benar-benar bisa melepaskan orang itu!! Benar, Tuhan, Kau tidak salah dengar. Kalau dulu Kau sering melihatku menangisinya, kini aku tak lagi melakukannya. Segala kesedihan itu sudah lenyap tak berbekas. Aku merasa bebas, seolah beban yang kurasakan bertahun-tahun telah Kau lempar ke luar angkasa. Ah, Tuhan, aku suka sekali perasaan ini. Terima kasih. Aku tahu ini semua rencana-Mu. Bukannya begitu?

Tapi, tunggu, Tuhan, jangan senang dulu. Begini. Aku sering mendengar orang-orang berkata kalau Kau adalah maha membolak-balikkan hati. Jadi, aku tahu ada campur tanganmu dalam hal ini. Karena itulah aku mau protes. Benar, Tuhan, Kau tidak salah baca. Aku sungguh-sungguh mau protes!

Tunggu, tunggu, jangan marah dulu. Dengarkan dulu ceritaku. Oke? Aku selalu memikirkan hal ini. Kau tahu aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta, meski gampang sekali bagiku menyukai pribadi orang lain. Tapi, kenapa ketika akhirnya aku jatuh cinta, rasanya begitu berat? Terutama ketika aku harus melihat—berkali-kali—orang yang kusukai pergi dari hidupku? Kenapa mereka tidak mau tinggal untukku?

Tuhan, jangan pura-pura tidak tahu aku sedang membicarakan siapa. Ya, aku membicarakan orang itu. Orang berinisial P itu. Yang tinggi dan superseksi, tapi ternyata pemalu itu. Yang pernah kupergoki memalingkan muka ketika menatapku itu. Ah, aku tahu Kau sudah mengingatnya. Tuhan, apa aku pernah mengatakan ini, bahwa ciptaan-Mu sungguh tak bercela? Sudah pernah? Oh, maafkan aku. Tapi, aku akan mengatakannya sekali lagi. Dia indah sekali, Tuhan. Dan aku harus berterima kasih pada-Mu karena telah menciptakan makhluk seindah itu, dan mengizinkannya hadir dalam hidupku.

Ah, Tuhan, kalau Kau suka bercanda, berarti ini candaan yang tidak lucu. Kau yang membuatku jatuh cinta padanya. Kau pula yang membuatnya pergi. Apa ini adil? Apa aku harus sekali lagi merasa patah hati seperti ini? Kumohon, Tuhan, beri sedikit kebahagiaan sejati untukku. Bukan kebahagiaan semu yang lekas lenyap. Seolah aku tak layak mendapatkannya. Seolah dia memang bukan untukku.

Jadi, Kau mau mengabulkan permohonanku kan, Tuhan? Please?

Dari:

Teman ‘ritual perbincangan’-Mu

0 comments:

Post a Comment