Dec 20, 2016

Aku Padamu, JNE

2

Rasanya ada perasaan jengah ketika asyik ngobrol dengan teman, lalu dia mulai bertanya, "PIN-mu berapa? Ada WA?"

Bagi pengguna smartphone, pertanyaan seperti itu pasti tergolong biasa saja. Tapi buatku pribadi, pertanyaan semacam itu terdengar seperti ejekan. Iya, ejekan karena pada akhirnya aku akan menjawab, "Sori, aku gak pakai Android. Hapeku jadul soalnya."

Hmm... aku tahu teman yang bertanya pasti gak bermaksud mengejek perihal hape jadulku yang cuma bisa buat telepon, SMS, dan internetan. Atau betapa kudetnya hidupku dengan teknologi mutakhir. Atau betapa miskinnya diriku sampai gak bisa menyisihkan uang buat beli smartphone. Ya, ya, kadang aku memang suka overthinking terhadap sesuatu sampai berpikiran yang gak-gak. Termasuk dalam hal ini perihal smartphone yang dimiliki nyaris semua orang, tapi gak juga kupegang wujud fisiknya, atau mempergunakannya sebagai bagian dari identitas sosial.

Kamu pasti kepikiran, "Emang gak kepengin ya punya smartphone?"

Well, hape jadul yang kupakai sejak tahun 2007 masih dalam kondisi bagus. Memang casing-nya sudah ganti puluhan kali, sampai stoknya habis di counter hape yang menjual casing model tipe hape jadulku itu (yep, cuma aku pelanggan setia yang selalu ganti casing tiap enam bulan sekali). Okay, minus casing yang gak lagi original dan harus diganti secara berkala, hape jadulku itu gak bermasalah sama sekali. Semua fiturnya berfungsi dengan baik dan benar. Yang jadi masalah sekarang adalah prinsip yang kuanut; bahwasanya aku gak akan beli barang baru, sebelum barang lama rusak dan gak bisa dipakai. Itu artinya, masih jauh sekali bagiku untuk bisa memiliki smartphone. Dan itu artinya pula, aku akan selalu merasa jengah tiap kali ditanya, "PIN-mu berapa? Ada WA?"

Ugh.

Lalu, keajaiban pun terjadi. Aku tahu Tuhan mengerti betul betapa patuhnya aku pada prinsip, sekaligus tahu betapa inginnya aku mengenyahkan rasa jengah tiap kali harus menjawab apapun itu yang menyangkut fitur smartphone. Yak, benar saudara-saudara, hape jadulku itu akhirnya rusak! Yeah! Selama ini aku gak pernah bersyukur ketika barang yang kujaga rusak. Baru kali itu aku bersorak gembira mendapati hape jadulku gak bisa di-charge, meski kabelnya sudah dicolok-colok sedemikian rupa ke lubang tempat charge.

Karena "syarat" untuk beli barang baru sudah terpenuhi, plus waktu itu honor cerpen yang kuterima nominalnya wow sekali, akhirnya aku memutuskan untuk membeli smartphone. Jujur saja, aku gak begitu paham mengenai smartphone. Akhirnya, aku memutuskan berkonsultasi dulu dengan seorang teman yang tinggal di Cirebon. Kuakui pengetahuannya mengenai smartphone lebih mumpuni daripada diriku. Sayangnya, setelah dia ceramah panjang-lebar, aku jadi bingung sendiri. Aku takut pilihanku salah dan smartphone yang kupilih nantinya malah cepat rusak. Akhirnya, tercetuslah ide yang menurutku sangat brilian. Aku pun langsung mengutarakannya ke temanku, "Kenapa gak kamu aja yang beliin aku smartphone?"

Ya, kenapa gak? Memang rumah kami berjauhanaku di Malang, sementara dia Cirebon. Tapi, jarak gak ada artinya di zaman sekarang, karena semua serba dipermudah. Bahkan belanja saja lebih praktis dengan menggunakan sistem online. Apalagi ada jasa ekspedisi yang kupercaya sejak lama, yaitu JNE. Paket dari teman, buku-buku yang kubeli secara online, dan hadiah giveaway yang kuterima biasanya dikirim menggunakan JNE. Pengalaman membuktikan gak pernah sekali pun aku kecewa dengan pelayanan JNE. Barang selalu sampai tepat waktu, gak rusak, juga gak pernah hilang. Sebagai pelanggan JNE, aku bisa bilang kalau kekonsistenan misi JNE patut diacungi jempol. Bravo, JNE!

Source: here

Karena aku sudah kadung percaya pada JNE, setelah temanku membeli smartphone yang sesuai dengan harapanku, dikirimlah smartphone itu menggunakan layanan JNE Express. Ada berbagai macam produk dan layanan JNE Express. Karena aku ingin segera menimang hape baru, aku memilih layanan YES (Yakin Esok Sampai). Berhubung barang yang dikirimkan termasuk barang yang rawan pencurian, gak lupa aku minta pada temanku untuk mengansurasikan paketnya sebelum dikirim. Asuransi ini perlu lho untuk mengantisipasi kemungkinan barang yang dikirim rusak atau hilang. Biasanya asuransi ini diberlakukan untuk semua barang yang nilai barangnya lebih dari 10 kali ongkos kirim yang telah ditentukan oleh JNE.

Gak perlu menunggu lama, esoknya paket smartphone yang dikirim temanku sampai di tanganku. Paketnya masih mulus, gak cacat, gak rusak, pokoknya gak ada komplain yang kuberikan untuk JNE. Jujur, awalnya aku lumayan ketar-ketir karena kabarnya ada oknum gak bertanggung jawab yang suka menyabotase paket berisi barang elektronik. Untunglah itu gak terjadi. Aku semakin yakin kalau JNE bisa kupercaya. Terbukti sampai detik ini gak pernah sekali pun aku dikecewakan oleh pelayanan JNE. Terima kasih, JNE!

Anyway, tahu gak sih JNE baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-26? Dalam rangka perayaan ulang tahun dan sebagai bukti tanda terima kasih JNE pada pelanggan, pada tanggal 26-27 November 2016 kemarin, JNE menyelenggarakan event HARBOKIR (HARI BEBAS ONGKOS KIRIM). Buat yang aktif belanja online, event ini langsung deh dijadikan ajang buat belanja gila-gilaan. Ya dong, kapan lagi belanja online tanpa pusing mikir ongkir? Syaratnya pun gampang banget dan gak perlu ribet, asal masih satu kota dan berat paketnya gak lebih dari 2 kg per resi pengiriman.

Melihat kiprah JNE selama 26 tahun ini, aku optimis JNE akan bisa jadi perusahaan rantai pasok global terdepan di dunia, sesuai visi yang diembannya. JNE memang belum sempurna. Tapi aku yakin JNE bisa terus meningkatkan pelayanannya, sehingga pelanggan makin puas dengan kinerja JNE. Alhasil, hubungan pemberi dan penerima jasa pun makin harmonis dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

Kalau buatku pribadi, selain teman di Cirebon yang telah susah payah memilihkan smartphone idaman, JNE pun ikut andil membuatku tersenyum hari ini. Apa sebabnya? Ssstt... di depanku, seorang kawan semasa sekolah yang lama gak berjumpa menatap lurus dengan jemari memegang erat smartphone. Ia tersenyum ringan, lalu mengajukan pertanyaan yang dulu selalu membuatku mendengus-dengus sebal dan jengah setengah mati, "PIN-mu berapa? Ada WA?"

Tanpa sadar, bibirku melengkung naik. Kini aku gak lagi merasa jengah dengan pertanyaan semacam itu. Aku balas memandang wajah kawan lamaku yang lumayan ganteng itu dengan intens, lalu balik bertanya, "PIN-mu sendiri berapa? Sori, tapi aku jarang pakai WA."

***

Punya Cerita Baik Bersama JNE? Ayo Tulis dan Menangkan Hadiahnya!

http://www.pungkyprayitno.com/2016/11/punya-cerita-baik-bersama-jne-ayo-tulis.html

2 comments:

  1. ga nyangka, JNE udah ngelayani masyarakat sama 26 tahun. Hebatt

    ReplyDelete
  2. Halo,

    Terimakasih sudah ikut blog competition Cerita Baik bersama JNE, ya. Semoga beruntung :D

    Salam bahagia,
    Pungky Prayitno

    ReplyDelete