Jan 31, 2017

Dark Memory

3


REVIEW DARK MEMORY

Judul: Dark Memory
Penulis: Jack Lance
Pengalih Bahasa: Tika Sofyan
Penyunting: Deesis Edith Mesiani
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: I, Desember 2016
Tebal: 338 halaman
ISBN: 978-602-394-368-5

Blurb:

Monster itu merentangkan sayapnya. Mengangkat tubuhnya dan terbang. Ia menjadi mangsa makhluk itu; ia diambil oleh kekuatan gelap. Semakin tinggi, semakin tinggi lagi ia berada di langit gelap. Ia mengira monster itu akan membawanya keluar dunia dan masuk ke dalam tempat persembunyiannya, ke dalam sarangnya, di mana tulang-tulangnya akan membusuk di antara sisa-sisa mangsa lainnya.

Rachel Saunders menghadiri pemakaman Jenny Dougal, sahabat baiknya yang meninggal karena kecelakaan tragis. Namun tak lama setelah pemakaman, ia sendiri menghilang secara misterius. Hal ini membuat khawatir Jonathan Lauder, kekasih Rachel, yang langsung terbang ke Skotlandia untuk mencari kekasihnya.

Tiga hari kemudian, Rachel muncul kembali secara misterius. Tetapi, ia mengalami amnesia jangka pendek dan tidak bisa mengingat apa pun selama tiga hari sebelumnya, hingga minggu-minggu terakhir sebelum dirinya menghilang. Namun satu hal yang ia yakini, Jenny belum meninggal. Sahabatnya itu masih hidup. Ia ada di suatu tempat, dan Rachel merasa harus segera menemukan dan menolongnya, sebelum terlambat!

Jonathan dan Rachel berusaha mencari tahu dan merekonstruksi hari-hari saat Rachel menghilang, demi mencari kebenaran mengenai Jenny, dan mencari penyebab Rachel kehilangan ingatannya.

Namun apa yang Rachel temukan adalah teror yang menakutkan. Satu-satunya jalan untuk bertahan hidup, dan mungkin untuk menyelamatkan Jenny adalah dengan menyingkap tabir gelap masa lalunya...

Review:

Akibat benturan di kepala, Rachel Saunders kehilangan sebagian memorinya. Ia tak ingat namanya, bahkan apa yang dilakukannya di dalam hutan. Yang ia tahu, insting mendesaknya agar selekasnya pergi meninggalkan hutan. Dengan langkah linglung, ia pun berjalan dan menemukan jalan raya beraspal. Karena tak hati-hati, nyaris saja ia tertabrak mobil di tikungan. Untunglah, pengendara mobil tersebut—Stephen Mackenzie—sigap mengerem, sehingga nyawa Rachel dapat terselamatkan.

Melihat kondisi Rachel yang tak karuan, Stephen berbaik hati membawa Rachel ke rumahnya. Bersama sang istri Ellen Mackenzie, mereka pun merawat Rachel yang berusaha mengingat apapun mengenai dirinya. Akhirnya, potongan-potongan ingatan mulai menghampiri Rachel. Walau demikian, masih ada yang mengganjal di kepalanya. Seakan ada kekuatan tak kasat mata yang menghalangi Rachel untuk mengingatnya.

Sementara itu, Jonathan Lauder terbang ke Skotlandia untuk mencari Rachel yang tak kunjung kembali ke Inggris. Saat bertemu, Rachel segera bertanya untuk apa ia ke Skotlandia. Jonathan pun bercerita alasan Rachel ke Skotlandia adalah untuk menghadiri pemakaman sahabatnya Jenny Dougal. Rachel terkejut mendengarnya. Ia sama sekali tak ingat pergi ke pemakaman Jenny. Ia malah meyakini sahabatnya itu masih hidup dan berada di suatu tempat yang tak diingatnya, menanti untuk diselamatkan.

Rachel tak bisa tinggal diam begitu saja tiap memikirkan kondisi Jenny. Ia pun membulatkan tekad untuk menyelamatkan sahabat yang begitu dikasihinya itu. Kunci permasalahannya ada pada ingatan Rachel yang simpang siur. Karena itulah, Rachel dan Jonathan memulai penyelidikan dengan mendatangi orang-orang yang terakhir kali ditemui Rachel. Bukan cuma itu saja. Mereka pun mengorek informasi mengenai Jenny. Mulai dari apa yang dilakukannya, sampai bertemu Lester Cumming—mantan kekasih Jenny—yang begitu dibenci Rachel karena sering melakukan kekerasan fisik pada Jenny.

Belum juga mendapat titik temu mengenai Jenny, mendadak saja Rachel diculik dari hotel tempatnya menginap. Jonathan langsung kalang kabut dan berusaha mencari kekasihnya tersebut. Sementara itu, Rachel yang ditawan oleh sang penculik mulai dibayang-bayangi sosok sang monster. Rachel kemudian sadar apa yang dilakukannya bukan hanya menguak misteri mengenai Jenny, namun juga menguak masa lalunya yang kelam. Masa lalu yang berusaha disembunyikannya mati-matian. Masa lalu di mana sang monster pernah merongrong hidup Rachel, sehingga membuatnya mengalami trauma yang berkepanjangan.

***

Buatku pribadi, amnesia adalah produk klise yang digunakan penulis untuk menggerakkan sebuah cerita. Karena itulah, aku jarang menaruh perhatian ketika tokoh novel yang kubaca mengalami amnesia. Di tangan penulis yang tak sanggup mengeksekusinya dengan baik, maka amnesia cuma sekadar tempelan belaka, hanya sebagai pemanis yang dijadikan konflik internal tokoh utama. Namun, di tangan penulis yang andal, amnesia akan dijadikan tonggak cerita yang kuat dan menarik secara keseluruhan. 

Itulah yang kurasakan saat membaca novel Dark Memory karya Jack Lance ini. Amnesia jangka pendek yang dialami Rachel benar-benar memiliki landasan kuat sebagai penggerak cerita. Jack Lance tak asal-asalan menjadikan Rachel hilang ingatan. Ada alasan, latar belakang yang kuat, serta penyelesaian untuk hal tersebut. Alhasil, aku tak lagi menganggap amnesia sebagai sesuatu yang klise. Malah aku menikmati kebingungan Rachel di sela-sela usahanya mengais ingatannya yang hilang.

Sejak bab awal, Dark Memory menawarkan nuansa mencekam lewat pemilihan diksinya yang lugas. Narasinya pun tak bertele-tele, membuat pembaca mudah menyelami emosi para tokoh yang diceritakan lewat sudut pandang orang ketiga. Dengan alur maju dan sesekali flashback, Jack Lance mampu merajut plot ceritanya dengan rapi. Beberapa kejutan di akhir bab pun menambah keseruan novel ini, membuat pembaca penasaran dan ingin terus melanjutkan membaca bab-bab selanjutnya.

Novel ini memang minim clue, tapi tak mengurangi keasyikan ketika membacanya. Konfliknya sendiri dieksekusi dengan baik dan tak membuat pembaca mengerutkan kening akibat penjelasannya yang masuk akal. Misalnya saja seperti misteri kematian Jenny yang berhubungan dengan mantan kekasihnya, juga alasan kenapa Rachel menganggap Jenny masih hidup padahal ia telah dimakamkan. Yang makin membuat Dark Memory spesial, Jack Lance menyelipkan sentuhan psikologis pada diri Rachel. Ada alasan khusus kenapa Rachel mem-visualisasikan sosok di masa lalunya sebagai monster, yang berhubungan dengan kondisi kejiwaannya. Sebagai pembaca yang suka hal-hal berbau psikologi, menurutku yang dilakukan Jack Lance ini brilian sekali. Hal ini membuat cakupan isi novelnya terasa luas dan berbobot di waktu yang bersamaan.

Melihat interaksi Rachel dan Jenny yang mengindikasikan mereka seorang biseksual, sepertinya novel ini patut diberi label DEWASA di kovernya. Memang tak ada penyebutan langsung mengenai orientasi mereka, tapi tak ada salahnya menambahkan label tersebut. Apalagi ada beberapa adegan dewasa di dalam novel yang apabila dibaca remaja sepertinya masih belum pantas.

Tiap penulis pasti memiliki pesan atau amanat yang ingin disampaikan pada pembaca. Dalam novel Dark Memory, Jack Lance ingin menyampaikan bahwa setiap orang pasti memiliki masa lalu dan traumanya masing-masing. Walau demikian, jangan sampai masa lalu itu membuat kita enggan move on. Lanjutkanlah hidup dan berusaha bahagia, seperti yang dijalani Rachel dan Jonathan.

Hidupnya telah berubah.

Akan tetapi dinding-dinding yang dibangunnya sendiri sudah dirobohkan. Bersama Jonathan, ia ingin membangun hidup baru.

Kehidupan tanpa demon, tanpa Graeme Horne, dan tanpa Lester Cumming.

Rachel melewati pedesaan Skotlandia, menuju kaki langit berwarna ungu.

"Menakjuban sekali, sungguh, kita bisa melanjutkan hidup," ia merenung.

"Ya, memang," kata Jon pelan.

"Hanya kita berdua." Rachel menekankan.

(hal. 338)

3 comments:

  1. Sebenarnya cerita beginian bukan minatku. Tapi aku kok penasaran, ya? Pengen baca jadinya.

    ReplyDelete
  2. Kayanya kudu ke toko buku deh buat beli novel ini. :)

    ReplyDelete