Feb 23, 2015

Warna Hati

2


REVIEW WARNA HATI

Judul: Warna Hati
Penulis: Sienta Sasika Novel
Penerbit: PT Grasindo
Cetakan: I, 2014
Tebal: 203 halaman
ISBN: 978-602-251-435-0

Blurb:

Setiap cinta akan menggoreskan warna sendiri, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat kita memilih satu di antara dua hati. Mereka memiliki ruangnya sendiri, memiliki waktunya sendiri, dan memiliki lintasannya sendiri.

Kita pun tidak akan mampu memilah cinta mana yang akan mengembuskan rona-rona kebahagiaan atau justru luka-luka yang akan tergores. Ya, cinta terkadang seperti kembang gula terasa manis, tapi cinta juga terkadang terasa getir.

Dan saat dihadapkan dengan luka, akankah cinta tetap bertahan di tempatnya? Atau berlari menyusuri masa lalu dan kembali pada hati yang dulu tidak ia pilih?

Namun, cinta bukan melulu tentang perasaan yang meluap-luap, cinta juga bicara tentang keyakinan akan benang merah yang mengikat.

Review:

Kehidupan Tavita nyaris sempurna. Ia berparas cantik dan berprofesi sebagai dosen. Tak hanya itu. Ada dua laki-laki menarik yang serius mendekatinya. Lando, seorang musisi yang sedang merintis karir. Dan Razka, laki-laki kaya yang sanggup memberi Tavita harta melimpah. Tavita dihadapkan pilihan yang sulit. Siapakah yang harus ia pilih? Akankah pilihannya membuatnya bahagia kelak?

Novel “Warna Hati” menawarkan kisah seluk-beluk pernikahan yang dijalani Tavita. Kisah tersebut dibagi dalam dua bab—bab Jingga dan Biru. Di bab Jingga, diceritakan Tavita menikah dengan Lando. Kehidupan mereka harusnya bahagia. Terlebih Tavita tengah mengandung buah hati Lando. Namun, pendapatan Lando yang tak menentu dan cenderung minim, membuat Tavita mendapat banyak tekanan, terutama dari keluarganya.

Kehidupan Tavita bertambah sulit. Sebagai tulang punggung keluarga, Tavita harus membagi pendapatannya dengan ibu dan adiknya. Sementara keperluannya juga tak sedikit. Lama kelamaan, Tavita capek mendapat tekanan di sana-sini. Tavita dan Lando juga kerap bertengkar. Ketika Tavita membandingkan Lando dengan Razka, Lando kehilangan kesabaran. Ia pun pergi dari rumah untuk menenangkan diri.

Lalu, musibah kecelakaan dialami Tavita. Ia kehilangan bayi kembar dalam kecelakaan itu. Dengan kondisi Tavita yang tidak stabil, Mama Tavita meminta Lando untuk menceraikan Tavita. Meski tak rela, akhirnya Lando ikhlas melepas Tavita. Ia ingin istrinya bahagia. Namun, rupanya takdir berkata lain. Tavita menyadari kesalahannya. Ia pun kembali pada Lando. Di lubuk hati Tavita yang terdalam, ia masih mencintai suaminya itu.

Pada bab Biru, diceritakan Tavita menikah dengan Razka. Kecelakaan yang menimpa Razka menuntun Tavita pada teka-teki baru. Ia bertemu dengan Lando di rumah sakit, juga saat di kantor polisi. Awalnya Tavita bingung apa kaitan Lando dengan kecelakaan yang menimpa suaminya. Rupanya ketika terjadi kecelakaan, Razka sedang bersama Naura, istri Razka. Tak hanya itu kejutan yang didapat Tavita. Saat memeriksa ponsel Razka, ia menemukan video Razka dan Naura sedang bermesraan. Hal itu membuat Tavita syok. Ia tidak menyangka Razka selingkuh di belakangnya.

Tavita dan Lando sama-sama sakit hati mendapati kenyataan pasangan mereka selingkuh. Dari penuturan Lando, Tavita tahu kalau selama ini Naura mendambakan kehidupan sepertinya—bersuamikan orang kaya dan hidup mewah.

Hati Tavita diliputi kegundahan. Ia merasa telah menjadi istri yang baik. Ia bahkan menerima kondisi Razka yang mandul. Tapi, semua kerelaan Tavita malah dibalas ketidaksetiaan Razka. Tavita kesal. Ia ingin membalas perlakuan Razka dengan berselingkuh dengan Lando. Lando pun menyetujui usul itu. Namun, ketika Naura meninggal, Lando dan Tavita mengubah keputusannya. Lando meminta Tavita agar memaafkan suaminya. Bagi Lando, kehilangan orang yang dicintai lebih menyakitkan dibanding apapun. “Mungkin keikhlasan adalah jalan terbaik dibandingkan kehilangan.” (hlm. 194).

***

Ini pertama kali aku membaca novel Sienta Sasika Novel. Novel dengan tema kehidupan pernikahan ini lumayan seru untuk diikuti. Aku diajak mengikuti masalah yang menimpa Tavita, juga menyelami emosinya yang naik turun. Ada part di novel ini yang membuat emosiku teraduk-aduk. Misalnya saja waktu Alma, sepupu Tavita menyombongkan kehidupan rumah tangganya. Meski Tavita menanggapinya dengan wajar, tapi pasti sebal sekali diperlakukan seperti itu.

Awalnya terbersit di benakku alasan pembagian bab Jingga dan Biru di novel ini. Masalahnya dua bab tersebut sama-sama menceritakan kehidupan pernikahan Tavita, tapi dengan dua pria yang berbeda. Aku sempat berpikir mungkin Tavita menikah dua kali. Anehnya, kedua bab tersebut sama-sama berakhir happy ending. Rupanya ada kejutan yang disiapkan penulis. Kejutan tersebut dapat ditemukan di akhir cerita.

Sayangnya, aku menemukan banyak typo di novel ini. Aku juga agak terganggu dengan penempatan koma (,) dalam satu paragraf yang banyak sekali. Mungkin bisa pakai titik (.) jadi ketika membaca napasnya tidak ngos-ngosan.

Meski ada beberapa kelemahan, aku masih enjoy membaca novel ini. Kover dan layout-nya yang manis, membuat mataku nyaman selama membaca. Amanat yang ingin disampaikan penulis pun sampai sekali pada benak pembaca. Bahwa setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi. Laju sebuah pernikahan tak selalu mulus dan bahagia sampai tua. Di tengah perjalanan, mungkin kita menemukan kekurangan pasangan. Pernikahan pun diuji. Saat itulah kita diharapkan mau menerima kelebihan dan kekurangan pasangan kita.

Aku memberi rating: 3,5/5 untuk novel ini :)

2 comments: