REVIEW THE FOURTH MONKEY
Judul: The Fourth Monkey
Penulis: J.D. Barker
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: I, 2018
Tebal: 568 halaman
ISBN: 978-602-455-574-0
Blurb:
Tewasnya seorang pria yang tertabrak—entah murni kecelakaan atau sengaja menabrakkan diri—menyisakan tanda tanya besar. Pasalnya, ia membawa sebuah kotak berisi potongan telinga. Disinyalir, ia adalah Pembunuh Empat Monyet, buron polisi selama hampir lima tahun. Dengan dalih filosofi Tiga Monyet Bijak, ia selalu memotong telinga, lidah, dan mencongkel mata korban-korbannya sebelum membunuhnya.
Polisi dan detektif pun berusaha menguak kebenarannya lewat barang bukti yang tertinggal, termasuk buku harian tentang masa kecil sang pembunuh.
Sementara itu, di satu tempat entah di mana, seorang gadis sedang berusaha bertahan hidup dengan satu telinga…
Review:
Seseorang ditemukan tewas akibat kecelakaan. Dari salah satu barang bukti yang ada di tempat kejadian, ditemukan bahwa orang itu membawa kotak putih dengan pita warna hitam. Di dalam kotak itu berisi telinga seseorang. Isi kotak itu tak asing lagi bagi Sam Porter dan rekan detektifnya Nash. Mereka pun menduga yang mati tersebut adalah Pembunuh Empat Monyet yang selama ini menjadi buronan polisi. Diduga dia hendak mengirimkan kotak itu sebelum menabrakkan dirinya menuju bus yang tengah melaju.
Ada modus operandi yang khas dari Pembunuh Empat Monyet, yaitu dia akan menculik anak dari orang yang dianggapnya patut dihukum, lalu memotong telinga, mencongkel mata, memotong lidah, dan membunuhnya. Hal itu dilakukan untuk memberi pelajaran. Pada kasus orang yang tewas tersebut, Porter pun mulai melakukan penyelidikan. Dibantu beberapa rekannya dan seorang teknisi CSI bernama Paul Watson, akhirnya diketahui bahwa pemilik telinga tersebut masih berhubungan dengan Arthur Talbot. Itu berarti, anak dari Arthur Talbot lah yang menjadi target Pembunuh Empat Monyet.
Akhirnya, diketahui juga anak Talbot yang diculik oleh Pembunuh Empat Monyet adalah Emory. Emory bukan anak sah Talbot. Bisa dibilang tak ada yang mengetahui keberadaan Emory. Talbot sangat menjaga privasi anaknya itu dan membuat media massa tak bisa mengendus asal-usulnya. Tentu ada alasan kuat dibalik perbuatan Talbot itu. Seraya mencari alasan di baliknya, Porter berusaha menemukan keberadaan Emory. Dia tahu Emory masih berada di luar sana dan mencoba bertahan hidup dengan satu telinga.
Di tengah kedukaan yang membayang akibat kematian istrinya Heather, Porter terus berusaha menguak misteri kasus Emory. Ditemani buku harian milik Pembunuh Empat Monyet, Porter mendapati kenyataan Pembunuh Empat Monyet dibesarkan oleh keluarga psikopat yang menganut filosofi Tiga Monyet Bijak. Lebih parah dari itu, dahulunya dia bahkan dilibatkan pada pembunuhan salah seorang tetangganya, Mr. Carter.
Petunjuk demi petunjuk perlahan mulai terkumpul. Keterkaitan kejahatan Talbot dan kenapa Emory yang dipilih oleh Pembunuh Empat Monyet pun terkuak. Saat itulah, semua orang baru menyadari penjahat yang selama ini mereka kejar berada di sekitar mereka. Waktu Porter pun nyaris habis. Melawan waktu dan kesehatannya sendiri, dia berusaha memecahkan misteri untuk menemukan Emory dan Pembunuh Empat Monyet, sebelum keadaannya semakin memburuk.
***
Selalu menyenangkan membaca novel thriller dengan alur yang cepat, ketegangan yang intens, dan tentunya penuh adegan berdarah-darah yang bikin ngilu. Novel ini sebelumnya dinominasikan di Goodreads untuk kategori Mystery dan Thriller di tahun 2017. Melihat prestasinya, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat novel thriller. Cerita yang ditawarkan pun tergolong unik, karena mengangkat filosofi Tiga Monyet Bijak dari Jepang yang diramu dengan latar belakang tokohnya yang tak biasa, yang mendasarinya untuk menjadi pembunuh.
Sebagai buku pertama seri 4MK Thriller, pembaca diperkenalkan dengan Sam Porter, seorang detektif polisi yang masih berduka karena istrinya tewas ditembak oleh perampok. Kemunculan Pembunuh Empat Monyet yang dikabarkan mati karena tertabrak, membuatnya kembali berkutat dengan buronan polisi itu. Karakter Porter sendiri digambarkan sebagai detektif polisi yang tanggap dan cekatan. Menariknya, meski Porter tampak sempurna sebagai polisi, ketidaktahuannya akan media sosial seperti Twitter membuat novel ini diselingi humor ringan yang mengundang tertawa. Walau demikian, tentu tak mengubah kenyataan bahwa kisah masa lalu Porter sendiri sangat menyedihkan. Terutama setelah dia ditinggal mati istrinya.
Bisa dibilang ada dua kisah di novel ini. Pertama, kisah tentang pengungkapan kasus Pembunuh Empat Monyet lewat menghilangnya Emory, dan kisah masa lalunya yang dituangkan dalam buku harian. Sangat menarik melihat bagaimana Pembunuh Empat Monyet mengungkapkan jati dirinya lewat buku harian. Kita diajak melihat bagaimana jalan pikirannya, bagaimana dia dibesarkan, dan keluarga macam apa yang mencekokinya dengan filosofi Tiga Monyet Bijak.
Bisa dibilang ada dua kisah di novel ini. Pertama, kisah tentang pengungkapan kasus Pembunuh Empat Monyet lewat menghilangnya Emory, dan kisah masa lalunya yang dituangkan dalam buku harian. Sangat menarik melihat bagaimana Pembunuh Empat Monyet mengungkapkan jati dirinya lewat buku harian. Kita diajak melihat bagaimana jalan pikirannya, bagaimana dia dibesarkan, dan keluarga macam apa yang mencekokinya dengan filosofi Tiga Monyet Bijak.
Tiga Monyet Bijak sendiri berasal dari Jepang dan lambangnya mudah kita temukan dalam icon emote di ponsel masing-masing, yaitu berupa monyet yang menganjurkan manusia dalam hal bertingkah laku. Mereka dinamai dengan Mizaru yang berarti tidak melihat yang tidak baik, Kikazaru yang berarti tidak mendengar yang tidak baik, dan Iwazaru yang berarti tidak berbicara yang tidak baik. Ada monyet ke-empat yang jarang diketahui, yaitu Shizaru yang berarti tidak berbuat yang tidak baik. Kategori monyet ke-empat inilah yang mendasari sifat ayah Pembunuh Empat Monyet saat membunuh tetangganya, Mr. Carter.
Sikap keluarga Pembunuh Empat Monyet memang sangat tidak normal, meski dari luar mereka tampak seperti keluarga yang harmonis. Adegan demi adegan pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan pun sanggup membuat pembaca bergidik ngeri. Pembunuh Empat Monyet yang saat itu masih muda bahkan ikut andil di dalamnya. Hal ini tak terlepas dari didikan orang tuanya dan 'penyakit' yang dideritanya.
Mendekati akhir cerita, ketegangan ceritanya makin memuncak. Di sini, Porter akhirnya bisa membaca clue yang diberikan Pembunuh Empat Monyet. Emory pun berhasil ditemukan lewat proses yang panjang dan penuh lika-liku. Belum lagi, Porter yang sebelumnya sempat ditusuk harus berusaha bertahan sebelum kondisinya tak bisa diselamatkan.
Meski Emory berhasil ditemukan dan dirawat, novel ini masih menyisakan misteri tentang menghilangnya Pembunuh Empat Monyet. Di akhir cerita, Porter mendapat kenangan-kenangan terkait pembunuh istrinya lewat bingkisan yang diberikan Pembunuh Empat Monyet. Hal ini membuat pembaca bertanya-tanya. Untuk apa Pembunuh Empat Monyet melakukannya? Untuk apa pula dia berusaha mencari ibunya dan meminta tolong pada Porter? Misteri ini tentu ada di buku selanjutnya dari seri 4MK Thriller. Harapannya, tentu saja semoga lekas diterbitkan oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer.
Terakhir, apabila menyukai novel thriller dengan alur yang cepat, adegan yang filmis, dan penuh disturbing scene yang membuat mual, novel ini bisa dijadikan pilihan bacaan Anda. Selamat membaca!
Rating: 4/5 bintang
0 comments:
Post a Comment