Dec 29, 2020

Resonance

0


REVIEW RESONANCE
 
Takdir Dua Insan 

Judul: Resonance 
Penulis: Morra Quatro 
Link: Storial.Co 
Kategori: Novel
 
Blurb: 

Thomas dan Aurora adalah sepasang "crush" masa kecil yang saling menemukan kembali setelah dewasa. Keduanya bermain dengan takdir, sebab: "Hidup hanyalah rangkaian kebetulan yang sebenarnya kita ciptakan sendiri. Tidak ada yang namanya takdir." Begitu Rora diperingatkan.

Sedangkan Tommy percaya, tanpa dukungan semesta, tidak akan ada kebetulan begitu persis yang mempertemukan mereka kembali. Sementara beban masa lalu keduanya terus mengikuti, menolak untuk dilupakan.

Review:

First love lies deep. Pepatah itu cukup sering kita dengar. Bagi beberapa orang, cinta pertama bisa saja tak terlupakan. Cinta pertama bisa saja membekas dalam ingatan dan terbawa hingga dewasa. Ada pula yang memaknainya secara melankolis, terutama saat cinta pertamanya tak terbalas dan belum tuntas. Bagi beberapa penulis, cinta pertama cukup sering dijadikan tema pada kisah yang ditulisnya. Cinta pertama memang memiliki magnet tersendiri. Terutama bagi pembaca yang menyukai cerita romantis. 

Morra Quatro memaknai cinta pertama dengan begitu syahdu dalam kisahnya yang berjudul Resonance. Resonance merupakan salah satu bab premium di Storial.Co. Dengan membayar 200 koin, siapa pun bisa membaca cerita ini. Tapi, perlu digarisbawahi cerita ini cukup mengandung ‘bawang’. Itu berarti persiapkan diri Anda untuk terbawa perasaan begitu mengikuti perjalanan cinta Thomas Alva (Tommy) dan Aurora Fatima (Rora) selaku tokoh utama.

Kisah Resonance diawali dengan sebuah pemakaman seorang pria tua bernama Dinar. Dinar adalah salah satu pasien Tommy. Tommy sempat melakukan operasi pada Dinar sebelumnya. Operasi itu berjalan dengan baik. Sayangnya, perkembangannya tak terlalu bagus. Pada akhirnya, nyawa Dinar pun tak tertolong, yang membuat segenap keluarga Dinar berduka atas kepergiannya.

Lalu, apa hubungan Dinar dengan kisah cinta Tommy dan Rora? Misteri itu disimpan dengan baik oleh penulis. Alih-alih memberi clue, penulis sengaja membiarkan misteri itu mengambang di udara dan membuat pembaca menaruh fokus pada pertemuan Tommy dan Rora yang serupa takdir. Tommy dan Rora terpisah waktu cukup lama. Saat di Bali-lah mereka akhirnya bertemu, yang membuat Tommy merasa inilah kesempatannya untuk mendapatkan kembali cinta sejatinya.

Ada keterhubungan nyata yang penulis berikan pada tokoh Tommy dan Rora. Mereka sama-sama memiliki tato tujuh burung camar pada lengan, yang melingkar di bawah siku dan beterbangan hingga punggung tangan. Ada kisah manis yang melatarbelakangi kisah di balik pembuatan tato tersebut, yang membuat pembaca merasa ada jalinan takdir pada hidup Tommy dan Rora.  

Kisah ini menggunakan alur maju-mundur. Flashback waktu Tommy dan Rora saat masih sekolah terbilang cukup manis. Chemistry di antara keduanya begitu terasa. Pembaca dibuat tersenyum menyaksikan interaksi keduanya. Sayangnya, masa lalu mereka cukup runyam, sehingga alih-alih bisa bersama, semesta seolah ikut andil membentuk kesalahpahaman yang tak berujung di antara keduanya.

Bisa dibilang kesalahpahaman inilah yang sama-sama dibawa Tommy dan Rora hingga dewasa. Ada permasalahan yang belum tuntas pada masa lalu mereka. Mereka memang menjalani hidup masing-masing. Anehnya, mereka seperti 'terikat' pada satu sama lain. Bisa dibilang mereka 'terikat' pada kenangan di masa lalu dan sama-sama saling mendamba. Sungguh hubungan yang romantis, meski tampak pedih. Bagaimanapun ada kejutan lain yang diberikan penulis untuk kisah cinta Tommy dan Rora, yang masih berhubungan dengan kehadiran Dinar.

Morra Quatro memberi kesan nyaman pada tulisannya, dengan diksi yang manis dan puitis. Cukup banyak kalimat yang quotable pada Resonance yang dapat dibaca di sini. Membacanya sungguh membuat terenyuh. Karena Tommy adalah seorang dokter, deskripsi saat operasi pun terlihat nyata dengan berbagai penyebutan istilah di bidang kedokteran. 

Membaca Resonance sangat mengaduk perasaan, terutama apabila Anda pernah mengalami cinta di masa lalu yang belum tuntas. Meski begitu, ada pesan tersirat yang ingin disampaikan penulis. Bagaimanapun masa lalu letaknya di belakang. Alangkah baiknya kita melangkah maju ke depan dan tak perlu lagi menengok ke belakang:

Tak perlu melihat lagi kepada masa lalu yang telah kutinggalkan. Tak perlu melihat kepada masa lalunya, karena yang kami miliki adalah hari ini 

Yang aku butuhkan sekarang hanyalah hari ini.

Rating: 4/5 bintang

#ReviewNovelStorial #GenerasiBacaOnline

0 comments:

Post a Comment