Mar 3, 2018

Alcatraz Vs. The Evil Librarians #3 - The Knights of Crystallia

0


REVIEW ALCATRAZ VS. THE EVIL LIBRARIANS #3 - THE KNIGHTS OF CRYSTALLIA

Judul: Alcatraz Vs. The Evil Librarians #3 - The Knights of Crystallia
Penulis: Brandon Sanderson
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan: I, November 2017
Tebal:  295 halaman
ISBN: 978-602-6699-01-5

Blurb:

Akhirnya Alcatraz dan Kakek Smedry tiba di Nalhalla di Kerajaan Merdeka dengan selamat. Meskipun berhasil tiba di rumah Keluarga Smedry, bukan berarti Alcatraz bisa bersantai-santai. Perang masih berkecamuk dan pasukan Pustakawan Durjana berada di atas angin, apalagi mereka berhasil menyusupkan mata-mata di antara para Kesatria Crystallia. Alcatraz dan kawan-kawan harus berusaha menemukan sang pengkhianat, nyawa para raja dan ratu Kerajaan Merdeka menjadi taruhannya.

Review:

Alcatraz sama sekali tak menduga kedatangannya di Nalhalla akan disambut dengan begitu meriah. Rupanya kesohoran keluarga Smedry tak dapat diremehkan. Di sana, Alcatraz dipandang sebagai selebriti. Bahkan, dia punya buku petualangan dengan foto dirinya pada sampul buku. Meski awalnya kaget, tapi lambat laun Alcatraz menikmati ketenarannya sebagai anggota keluarga Smedry.

Perhatian yang diberikan orang-orang pada dirinya membuat Alcatraz lupa terhadap sidang yang dijalani Bastille. Setelah persidangan yang alot, Bastille diputuskan bersalah karena menghancurkan pedang Crystallia. Dia pun dihukum dengan dicabutnya Batu Daging dari lehernya.

Sementara itu, kedatangan Pustakawan ke Negeri Merdeka membawa misi yang cukup serius. Mereka ingin membuat perjanjian damai dengan syarat Negeri Merdeka harus menyerahkan Kerajaan Mokia. Hal ini tentu tak dapat dibiarkan. Terlebih Alcatraz melihat ibunya yang merupakan anggota Pustakawan menuju Gedung Arsip Kerajaan. Alcatraz pun dikejar waktu. Dia harus menguak rencana ibunya, sekaligus menggagalkan sidang perjanjian damai Negeri Merdeka dengan para Pustakawan.

***

Perjalanan Alcatraz menuju kampung halamannya Nalhalla tak berjalan mulus. Sama seperti di buku kedua di mana dia mendapati Dragonout meledak, kali ini Hawkwind, kendaraan yang ditumpangi Alcatraz lah yang meledak. Meski masih menjadi misteri penyebab ledakan itu, Alcatraz akhirnya tiba juga di Nalhalla. Di sana dia dibuat takjub dengan kastel-kastel yang berdiri megah dan berjejer seperti cerita dalam negeri dongeng yang pernah dibacanya.

Belum cukup takjub dengan kemegahan Nalhalla, Alcatraz dibuat terkesan dengan reputasi Smedry. Rupanya, keluarga Smedry masih berada dalam lingkup kerajaan dan termasuk golongan bangsawan. Inilah yang membuat nama keluarga Smedry tersohor. Kehadiran Alcatraz pun disambut meriah dan orang-orang mengerubunginya bak selebriti. Ketenaran ini membuat Alcatraz bangga. Dia akan mencibir siapa pun yang mengatainya lupa diri dengan kepopulerannya sekarang.

Ada yang mengatakan bahwa ketenaran itu dangkal. Mudah saja mengatakannya ketika kau tidak melewatkan masa kecilmu dengan berpindah dari satu keluarga ke keluarga lain, dicemooh dan disingkirkan karena kutukan yang membuatmu merusak apa pun yang kau sentuh. (hal. 74)

Pertemuan Alcatraz dengan Folsom dan Himalaya mengantarnya pada satu kenyataan baru. Ternyata ada pula Pustakawan yang membelot dari Negeri Sunyi dan memilih tinggal di Negeri Merdeka. Himalaya lah Pustakawan tersebut. Selama di Nalhalla, dia terus didampingi Folsom. Alcatraz sama sekali tak percaya Himalaya. Dia beranggapan bisa saja gadis itu mata-mata para Pustakawan.

Kemunculan ibu Alcatraz dan Pustakawan Kerangka Juru Tulis di Ruang Arsip Kerajaan membuat Alcatraz, Bastille, Pangeran Rikers, Folsom, dan Himalaya terjebak. Semua orang tahu kehebatan Alcatraz lewat Bakatnya yang kerap merusak. Sayangnya, Alcatraz seperti mati kutu setelah Bakatnya hilang akibat dipasangi cincin dari Kaca Penghambat. Dia pun sadar tak bisa memenuhi harapan orang lain lewat Bakatnya tersebut.

Aku terjerumus ke dalam semua ini karena mengira Bakatku bisa mengeluarkan kami. Nah, sekarang ternyata tidak bisa. Aku membawa kami ke dalam bahaya karena aku membiarkan kepercayaan diriku membuatku terlalu percaya diri. (hal. 242)

Anggapan Alcatraz kalau Himalaya seorang mata-mata Pustakawan ternyata salah besar. Sang mata-mata ternyata orang dalam yang membuat Hawkwind meledak, menjebak Bastille agar dipromosikan terlalu cepat, dan berkonspirasi mengontrol kekuatan Kesatria Crystallia lewat Batu Benak. Pertempuran pun tak terelakkan. Kehebatan Bastille dalam bertarung diakui di sini, meskipun Batu Daging yang memberi kekuatan bagi kesatria Crystallia dicabut dari lehernya.

Tak seperti dua buku sebelumnya, kali ini Alcatraz tak sepenuhnya berhasil menyelesaikan masalah. Belum lagi ayahnya, Attica Smedry mengumumkan penyelidikannya yang kontroversial mengenai Bakat Smedry yang dapat diwariskan. Raja tak menyukai gagasan tersebut. Alcatraz pun tak suka saat membayangkan ada orang biasa yang punya Bakat seperti dirinya.

Karena Bakat-lah yang menjadikan kami istimewa, bukan? (hal. 285)

Masih banyak teka-teki yang belum dipecahkan pada novel ini. Mulai dari penjelasan mekanisme Bakat yang dapat diwariskan, kisah masa lalu orang tua Alcatraz, sampai motivasi ibu Alcatraz yang membingungkan. Semua teka-teki ini layak dinantikan. Karena kejutan yang tak terduga pasti akan ditemui di dua buku selanjutnya.  

Rate: 5/5 bintang

0 comments:

Post a Comment