Nov 24, 2017

The Young Elites

0


REVIEW THE YOUNG ELITES

Judul: The Young Elites
Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Prisca Primasari
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan: I, November 2015
Tebal: 428 halaman
ISBN: 978-979-433-909-1

Blurb:

Semua orang ketakutan. Malfetto adalah jelmaan iblis.

Wabah berdarah yang nyaris memusnahkan nyaris semua penduduk negeri, memunculkan kengerian baru. Segelintir orang yang selamat menjadi malfetto, orang-orang terkutuk. Apalagi orang-orang terkutuk itu memiliki kekuatan supernatural dan dapat membunuh sesuka hati. Kerajaan membentuk pasukan inkuisisi untuk memburu mereka karena dianggap berbahaya dan mengancam pemerintahan.

Kehidupan Adelina Amouteru berubah total ketika dia kehilangan mata kirinya dan rambutnya berubah sewarna perak. Dia malfetto. Sang ayah yang merasa malu, berusaha menjualnya. Adelina menolak dan berusaha kabur. Malangnya, dia tertangkap oleh pasukan inkuisisi dan hendak dijatuhi hukuman mati. Pada hari eksekusi, seorang pemuda misterius bernama Enzo menyelamatkan Adelina. Ternyata Enzo adalah pemimpin Dagger Society, sekelompok Elite Muda yang berencana menggulingkan pemerintahan. Karena tidak punya pilihan lain, Adelina bergabung dengan mereka. Namun ketika tiba waktunya melakukan kudeta, Adelina dihadapkan pada pilihan sulit: mengkhianati Dagger Society atau mengkhianati adik perempuannya sendiri. Apa pun yang dipilihnya, kematian mungkin menunggunya.

Review:

Adelina Amouteru kabur dari rumah begitu tahu dia akan dijual oleh ayahnya. Adelina adalah seorang malfetto. Tak ada yang menginginkan malfetto seperti dirinya. Bahkan ayahnya sendiri malu terhadap dirinya dan lebih menganakemaskan adiknya Violetta

Karena merasa keberadaannya tak diinginkan, Adelina memutuskan untuk pergi saja. Sayangnya, dalam pelariannya, dia tertangkap oleh sang ayah. Saat itulah, kekuatan Adelina sebagai malfetto muncul. Dia membuat hantu-hantu gelap keluar dari tanah. Dengan menyimpan perasaan takut dan marah, Adelina membuat ayahnya menderita, sekarat, dan akhirnya mati secara mengenaskan.

Akibat kematian ayahnya, para pasukan inkuisisi datang untuk memberi Adelina hukuman mati. Saat itulah, dia diselamatkan Enzo, pemimpin Dagger Society (Perkumpulan Belati). Adelina merasa diterima di perkumpulan itu, karena para anggotanya yang dinamai Elite Muda sama-sama malfetto.

Saat pertunjukan di Fortunata Court, Teren Santoro yang merupakan pemimpin inkuisisi mengenali Adelina. Dia pun mengajukan penawaran pada Adelina. Teren ingin mendapatkan informasi tentang Perkumpulan Belati. Kalau tidak mau bekerja sama, Teren akan membunuh Violetta yang saat itu tengah ditawannya.

Adelina merasa dilema. Di satu sisi, dia tak ingin mengkhianati Perkumpulan Belati. Namun, di sisi lain, dia tak bisa membiarkan Violetta dibunuh. Awalnya, Adelina berniat untuk memberi tahu Enzo tentang kesepakatannya dengan Teren. Namun, ketika tak sengaja mendengar pembicaraan Enzo dan Dante, Adelina sadar dirinya hanya dimanfaatkan. Adelina pun membelot dan pergi mendatangi Teren untuk mengungkap rahasia yang dia ketahui.

Setelahnya, keadaan makin tak menguntungkan bagi Adelina. Dia jadi tahu fakta mengenai Violetta. Adelina pun harus mendapati kenyataan dirinya telah membunuh laki-laki yang dia kasihi. Hal ini mengakibatkan dunia Adelina makin menggelap dan tak terselamatkan.

***

Sisi gelap dalam diri manusia menjadi tema dalam novel karya Marie Lu ini. Sosok Adelina menginterpretasikan bagaimana ketidakberdayaan, kesedihan, rasa iri, bahkan kemarahan menjadi sumber kekuatan. Ya, Adelina telah mengalami masa-masa pahit. Akibat dianaktirikan ayah sendiri, membuat Adelina kehilangan harapan ada yang mau menerima kondisinya sebagai malfetto.

Tak seorang pun menginginkanmu menjadi dirimu sendiri. Mereka ingin kau menjadi versi orang yang mereka sukai. (hal. 118)

Sesungguhnya, Adelina adalah gadis yang baik hati dan agak rapuh. Dia hanya mendambakan ketulusan. Dia juga ingin diterima dan diperlakukan secara pantas. Karena itulah, melihat bagaimana baiknya Raffaele padanya, dia merasa tersanjung. Enzo pun menaruh perhatian padanya, membuat Adelina merasa disayangisesuatu yang tak pernah didapatkannya selama ini.

Harapanmulah yang membunuhmu. Seperti itulah kira-kira perumpamaan yang tepat untuk apa yang dialami Adelina. Adelina menaruh harapan yang cukup besar pada Perkumpulan Belati. Dia bersungguh-sungguh ingin menjadi bagian dari perkumpulan itu. Namun, kenyataan tak seindah angan-angan. Tak ada ketulusan yang Adelina terima. Sejak awal, dia hanya dijadikan alat oleh orang-orang yang dia percayai.

Mereka semua ingin memanfaatkanmu, memanfaatkanmu, memanfaatkanmu, sampai mereka mendapatkan apa yang mereka ingini. Lalu, mereka akan menyingkirkanmu. (hal. 400)

Violetta memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian Adelina. Violetta memang tak pernah meninggalkan Adelina atau bersikap buruk padanya. Namun, rupanya ada rahasia yang disembunyikan Violetta di balik sikap manisnya. Sesungguhnya, Violetta tak senaif yang disangka Adelina. Sikap Violetta yang manipulatif inilah yang dibenci Adelina dan tak bisa dia maafkan.

Maaf, selalu maaf. Apa yang bisa kau beli dengan kata maaf? (hal. 343)

Walau membenci sikap Violetta, saat Adelina terpuruk karena kehilangan orang yang dia kasihi, Violetta selalu ada di sampingnya. Hal ini menyadarkan Adelina bahwa selama ini Violetta cuma berusaha melindunginya. Violetta pula lah yang memberinya kebaikan tanpa pamrih, tak seperti yang dia kira akan didapatkannya dari anggota Perkumpulan Belati.

Di seluruh dunia ini, hanya dialah yang melakukan segalanya untukku, baik atau buruk, tanpa mengharapkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Kami saudara. Terlepas dari semua yang telah terjadi, terlepas dari semua yang kami pendam terhadap satu sama lain, kami tetaplah saudara sampai mati. (hal. 407)

Kesan dark dalam novel ini memang kental sekali. Terutama pada deskripsi saat Adelina menciptakan ilusi, melalui benang-benang energi dan gambaran kegelapan di benaknya. Bagi orang-orang yang pernah mengalami perasaan serupa seperti Adelinamerasa tak diinginkan dan diperlakukan tak adiltentu memberi efek tersendiri yang dramatis, karena bagaimana pun perasaan seperti itu selalu memberi dampak yang buruk bagi siapa pun yang mengalaminya.

Novel ini layak dibaca dan dikoleksi bagi siapa pun yang menyukai aura kelam pada tokohnya. Memang cukup membuat depresi, tapi juga memberi pengharapan. Lewat tokoh Adelina, kita diajak untuk melihat bagaimana hal-hal tersebut memberinya kekuatan mencipta ilusi yang dahsyat dan luar biasa menakjubkan.

Rate: 4/5 bintang

0 comments:

Post a Comment