Sep 8, 2018

Pergi

0



REVIEW PERGI

Judul: Pergi
Penulis: Tere Liye
Co-Author: Saripuddin
Penerbit: Republika
Cetakan: I, April 2018
Tebal: 455 halaman
ISBN: 978-602-5734-052

Blurb:

"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, 
ke mana hendak pergi, 
melalui kenangan demi kenangan masa lalu, 
pertarungan hidup-mati, 
untuk memutuskan 
ke mana langkah kaki akan dibawa
Pergi."

Review:

Salah satu riset teknologi yang didanai Keluarga Tong dicuri oleh kelompok lain. Teknologi itu sudah berupa prototype dan mampu mendeteksi serangan siber. Sebagai Tauke Besar Keluarga Tong, Bujang tak bisa membiarkan prototype itu jatuh ke tangan musuh. Bersama Salonga, Yuki, dan Kiko, Bujang pun pergi ke Meksiko untuk merebutnya kembali. Lewat informasi yang diterima, teknologi tersebut berada di tangan sindikat narkoba di Amerika Selatan, El Pacho.

Saat hendak mengambil teknologi tersebut, tiba-tiba muncul seseorang yang tak diduga Bujang. Orang itu memetik gitar dan menyanyikan lagu berbahasa Spanyol. Sikapnya yang nyentrik ini tentu mengundang tanya. Terlebih dia tahu perihal nama asli Bujang, yaitu Agam. 

Di tengah keterkejutannya, Bujang ditawari untuk bertarung satu lawan satu apabila dia masih menginginkan prototype yang didanai Keluarga Tong. Bujang menyanggupi. Sayangnya, pemuda itu sukar dikalahkan. Bujang pun kalah melawannya. Akhirnya, prototype tersebut jatuh ke tangan pemuda itu yang memanggil Bujang dengan sebutan hermanito (adik laki-lakiku).

Karena misi merebut kembali prototype anti siber tak berhasil dilancarkan, Bujang pun kembali pulang ke tanah air. Masih banyak urusan yang harus dia selesaikan. Terlebih Master Dragon (penguasa shadow economy di Hongkong) mulai menunjukkan perlawanan secara terang-terangan. Untunglah aksi pengeboman pada sebuah bank milik Keluarga Tong berhasil digagalkan. Namun, bukan berarti masalah selesai. Melihat hal ini, Bujang pun tak bisa tinggal diam. Dia harus membalas perlakuan Master Dragon. Dan, salah satu caranya yaitu dengan membuat aliansi dengan penguasa shadow economy di Jepang (Keluarga Yamaguchi) dan Rusia (Keluarga Bratva).

Di tengah keruwetan masalah yang terjadi, Bujang masih penasaran dengan pemuda yang memanggilnya hermanito. Dia pun mencoba mencari tahu perihal masa lalu ayahnya saat masih menjadi tukang pukul Keluarga Tong. Bujang tak menyangka ayahnya pernah menikah dengan seorang wanita Spanyol bernama Maria. Maria pun melahirkan seorang anak laki-laki bernama Diego. Diego lah pemuda yang ditemui Bujang di Meksiko.

Perlahan, kehidupan masa lalu ayahnya mulai terkuak. Walau demikian, Bujang tak punya waktu untuk bersikap melankolis. Setelah meyakinkan Keluarga Yamaguchi dan Keluarga Bratva untuk menjalin aliansi, Keluarga Tong pun bersiap menyerang Master Dragon di Hongkong. Pertempuran pun tak terelakkan. Dan, hasilnya akan menentukan langkah Bujang selanjutnya. Apakah dia bertahan di dunia shadow economy, atau menentukan langkah baru yang sesuai dengan panggilan hatinya.

***

Sebagai sekuel novel mega best-seller Pulang, kehadiran novel Pergi tentu dinanti-nantikan bagi penggemar karya Tere Liye. Namun tak seperti sebelumnya, Tere Liye membawa co-author untuk karyanya yang satu ini. Tak ada perubahan yang berarti meski memakai co-author. Ciri khas tulisan Tere Liye masih terasa di novel ini. 

Sejak awal, pembaca sudah disuguhkan adegan ala film action. Kemunculan tokoh baru juga membuat pembaca bertanya-tanya. Terlebih dia tahu perihal nama asli Bujang yang tak banyak diketahui orang lain. Bujang pun penasaran mengenai pemuda berdarah Spanyol itu yang memanggilnya dengan sebutan hermanito (adik laki-lakiku).

Novel Pergi memang banyak menyoroti perihal kehidupan ayah Bujang. Lewat rekonstruksi surat-surat lama, Bujang jadi tahu kisah cinta ayahnya yang sangat menyentuh. Pembaca diajak menyusuri awal pertemuan ayah Bujang dengan seorang penyanyi berdarah Spanyol bernama Catrina. Lewat peristiwa demi peristiwa, hubungan mereka pun menjadi dekat, hingga mereka menikah. Sayangnya, biduk perkawinan mereka harus hancur. Tanpa sempat mengatakan berita kehamilannya, Catrina kembali ke Spanyol. Sementara ayah Bujang berhenti menjadi tukang pukul Keluarga Tong.

Bujang pun akhirnya paham pemuda berdarah Spanyol yang ditemuinya adalah Diego, putra dari Catrina, istri pertama ayahnya. Surat-surat yang dikirim Diego menguak kisah Catrina dan ayahnya yang dipanggilnya dengan sebutan Padre. Ceritanya sendiri amat mengharukan. Terutama tiap ibu Diego menyanyikan lagu Spanyol favoritnya. Liriknya begitu menyedihkan, karena mengingatkan Catrina pada ayah Bujang:

Kau tidak ada lagi di sisiku, cintaku
Dan sekarang yang ada di jiwaku hanyalah kesepian
Dan kapankah aku bisa menatap wajahmu lagi
Mengapa Tuhan membuatku jatuh cinta padamu
Hanya untuk membuatku menderita lagi, dan lagi (hal. 245) 

Terlepas dari kisah cinta ayah Bujang dan Catrina yang menguras air mata, kisah perseteruan Keluarga Tong dan Master Dragon, penguasa shadow economy di Hongkong tetap menjadi daya tarik novel ini. Pembentukan aliansi pun dilakukan demi bisa memenangkan pertempuran. Kisah saat Bujang membujuk Keluarga Bratva di Rusia begitu menarik. Terutama karena ada semacam 'ikatan' yang dibentuk antara Bujang dan Mariaputri dari Otets yang mana adalah kepala Keluarga Bratvasetelah Bujang memenangkan pertarungan dengan Maria.

Pertempuran antara Keluarga Tong dan Master Dragon berlangsung sangat seru. Tipu muslihat dilancarkan oleh kedua belah pihak. Saat Bujang nyaris terpojok karena tak mengira dengan gempuran yang dikirim Master Dragon, dia mendapat pertolongan yang tak terduga dari Diego. 

Pertemuan untuk kedua kalinya antara Bujang dan Diego, membuat Bujang memikirkan kembali hakikat perjalanan hidupnya. Rupanya Diego memiliki dendam yang tak berkesudahan terhadap keluarga shadow economy. Dia menganggap penderitaan ibunya karena keterlibatan ayahnya dengan penguasa shadow economy. Dia pun berencana menghancurkan struktur shadow economy yang menguasai nyaris berbagai aspek kehidupan sampai ke akar-akarnya.

Masih menjadi misteri seperti apa bentuk balas dendam Diego, pun bagaimana Bujang menyikapi sikap kakak tirinya itu. Tentu banyak yang berharap akan ada sekuel untuk novel ini, karena masih banyak kisah yang belum tuntas (seperti obsesi Diego, atau hubungan Bujang dan Maria di masa depan). Meski akhir ceritanya sendiri sangat menggantung, tapi novel ini cukup mengobati kerinduan akan karya Tere Liye. Apabila menyukai kisah yang penuh aksi dan selipan cerita cinta yang mengharu biru, novel ini amat direkomendasikan.

Rating: 4/5 bintang

0 comments:

Post a Comment