Jul 31, 2014

7 Detik

0


REVIEW 7 DETIK

Judul: 7 Detik
Penulis: Primadonna Angela
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, April 2013
Tebal: 248 hlm, 20 cm
ISBN: 978-979-22-9491-0

Blurb:

Devon hanya perlu 7 detik untuk jatuh cinta. Karena itu jugalah ia memutuskan Lani. Lani menyikapinya dengan baik, bahkan memberikan kucingnya pada Devon. Scotty segera menjadi kesayangan Devon.

Ketika Devon menerima surat kaleng yang mendesaknya untuk menjauhi Lani, dia heran. Kemudian kesal, karena ancamannya semakin mengerikan. Siapa pelakunya? Pengagum Devon—yang ingin punya pacar seorang dokter muda yang sedang koas? Para cowok yang naksir Lani? Atau malah Lani sendiri, yang dicurigai adik-adik Devon masih ada hati padanya?

Situasi semakin rumit ketika Scotty disandera dan Lani menghilang. Apa Devon bersedia mempertaruhkan nyawa demi Scotty? Dan apa Devon akhirnya bertemu dengan cinta 7 detiknya?

Review:

Apa saja bisa terjadi dalam waktu 7 detik. Hal-hal menyedihkan, maupun membahagiakan. Tak terkecuali Devon. Baginya, ia hanya butuh 7 detik untuk jatuh cinta.

Devon adalah dokter muda yang sedang koas. Hari-harinya disibukkan dengan berbagai tugas yang membuat depresi. Untunglah ada Scotty yang membuatnya bersemangat. Scotty adalah kucing ras Scottish fold, pemberian mantannya Lani. Devon sangat menyayangi Scotty. Ia menganggap Scotty seperti keluarganya sendiri.

Lani memberikan Scotty pada Devon sebagai kenang-kenangan setelah mereka putus. Devon memutuskan Lani karena ia tidak jatuh cinta padanya. Devon tidak merasakan getaran cinta 7 detik pada Lani.

Setelah putus dari Lani, Devon diserang rentetan surat ancaman. Devon didesak untuk menjauhi Lani, atau ia dan keluarganya akan celaka. Bersama dua adiknya—Evan dan Ivanka, serta Satsuki—pacar Evan, mereka berusaha menguak siapa dalang di balik surat ancaman itu.

***

Kembali lagi Primadonna Angela menyajikan novel teenlit dengan gaya yang khas. Dialog dan narasinya mengundang tawa, namun juga berbalut kata-kata indah. Karakter Devon sebagai tokoh utama, sangat menonjol. Penulis jelas melakukan riset tentang profesi dokter. Paduan karakter Devon dan karakter unik tokoh lain, makin memperkaya isi cerita. Hal ini membuktikan penulis mampu memberi ‘nyawa’ pada tiap tokohnya.

Kekeluargaan antartokoh juga terlihat erat. Hal ini dibuktikan saat Devon sedih saat pasiennya meninggal karena kanker, Ivanka menangis untuknya. “Orang yang lo sayangi berempati pada apa yang lo rasakan” (hlm 42). Quote tentang cinta yang dijadikan kalimat pembatas buku pun sangat puitis. “Cinta ya tetap cinta, bisa menerpa dalam sekejap mata, menjelma kala tak diduga, melanda sementara kita merasa tidak suka.” (hlm 80).

Sayangnya, ada yang janggal dalam novel ini. Di pertengahan cerita, Devon diceritakan bertemu cewek di mal. Ia merasakan cinta 7 detik pada cewek itu. Hingga mendekati klimaks cerita, tidak diterangkan siapa cewek tersebut. Saat Devon diminta datang ke taman oleh penculik dan sang penculik memberikan foto Lani, tiba-tiba saja Devon berkata Lani-lah cinta 7 detiknya. Hal ini membuat pembaca menerka cewek yang ditemui Devon di mal adalah Lani. Tapi, ternyata tidak demikian. Penjelasan siapa cewek itu mengambang, bahkan tidak ditemukan hingga akhir cerita. Hal ini membuat kehadiran cewek di mal yang dianggap cinta 7 detik Devon menjadi mubazir.

Meskipun demikian, novel ini cukup seru untuk diikuti. Kemampuan penulis menghadirkan ketegangan antartokoh patut diapresiasi. Mulai dari Devon dan adiknya yang melakukan penyelidikan ala detektif, hingga menjebak sang pengirim surat kaleng. Untuk keseruannya, aku memberi rating 3/5 untuk novel ini :)

0 comments:

Post a Comment