May 20, 2015

Still...

0


REVIEW STILL…

Judul: Still… (sekuel Cewek!!!)
Penulis: Esti Kinasih
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Desember 2006
Tebal: 224 halaman
ISBN: 979-22-2537-4

Blurb:

Bima—si cowok macho yang suka panjat gunung—emang terkenal playboy, suka mengintimidasi, dan posesif. Kalau udah naksir cewek, dia langsung ngajak jalan. Nggak peduli tuh cewek naksir dia atau nggak. Dan tanpa bilang cinta, Bima menyatakan Fani sebagai pacarnya.

Fani menerima Bima karena terpaksa. Tapi ketika rasa tertekannya sudah di puncak, dia minta putus dari Bima! Jelas Bima nggak mau ngelepas Fani, tapi Fani ngotot.

Di saat Fani bebas merdeka, Bima patah hati. Di saat Fani nemuin gebetan baru, Bima merenung. Cowok itu sok tegar, sok baik-baik saja, sok memegang prinsip pantang bilang cinta, padahal hatinya sakit.

Sebenarnya Bima nggak sepenuhnya melepas Fani. Fani juga nggak benar-benar membenci Bima. Ketika di suatu siang Bima ketemu cowok itu, Bima nggak sanggup menutupi kata hatinya.

“Aku cinta kamu, Fan. Sekarang. Mudah-mudahan sampai nanti…”

Review:

Buntut dari aksi nekat Langen dan Fani membuka baju ketika kebut gunung adalah kemarahan Rei. Rei tidak terima Langen memamerkan tubuhnya pada sahabatnya, juga pendaki lain yang tak sengaja lewat. Untuk itulah, ia merencanakan sesuatu untuk ‘menghukum’ Langen. Sayangnya, kejadian itu malah memperburuk suasana. Hubungan mereka bukannya membaik, malah tambah parah. Rei lalu memutuskan Langen, walau sebenarnya ia masih menyayangi cewek itu.

Setelah Langen dan Rei putus, giliran Fani yang ingin terbebas dari Bima. Bima sangat otoriter. Bersamanya membuat Fani merasa terkekang. Fani berpikir dengan putusnya Langen dan Rei, tak ada lagi alasan ia meneruskan hubungan dengan Bima. Selama ini, ia memang dipaksa jadian dengan cowok itu. Ia tak bisa menolak karena takut Bima melakukan hal nekat padanya.

Fani mantap minta putus ketika ia jatuh cinta pada Ferry. Mengetahui hal itu, membuat Bima kalap. Fani pun ‘melarikan diri’ dari kejaran Bima. Sayangnya, Bima berhasil menemukan Fani yang terpojok di atap. Ia pun ‘menculik’ Fani dan dibawa ke rumahnya. Di sana, Fani diperlakukan bak tawanan, seolah Fani adalah barang miliknya. Fani makin ketakutan. Tapi, Bima yang tak peduli terus bersikap seenaknya. Bagi Bima, Fani adalah miliknya. Ia berhak melakukan apa pun pada Fani.

Pertolongan pun datang. Ketika Bima lengah, Rei berhasil mendesak cowok itu ke tembok. Ia pun meminta Rangga membawa Fani kabur. Bima murka. Ia memukul Rei sampai babak belur. Ia terus bertanya di mana Rangga menyembunyikan Fani. Sayangnya, Rei tidak tahu-menahu ke mana Rangga membawa Fani.

Seminggu berlalu. Fani hilang tanpa jejak. Ia bahkan tidak pergi ke kampus. Bima jadi khawatir. Ia tak mau kuliah Fani keteteran. Satu-satunya informasi berasal dari Rangga. Rangga mengajukan syarat. Kalau Bima ingin Fani muncul di kampus lagi, ia ingin Bima menghindar sejauh-jauhnya dari Fani. Kalau bisa jangan sampai Fani melihat Bima.

Suatu hari, tanpa sengaja Fani bertemu dengan Bima. Refleks, Fani menjauh ketika Bima meminta agar Fani memeluknya. Wajah Fani menyiratkan kalau ia sangat ketakutan. Hal itu membuat hati Bima hancur berkeping-keping. Bima pun merasakan patah hati untuk pertama kalinya dari cewek yang sangat dicintainya.

Fani yang merasa bebas merdeka dari jangkauan Bima, akhirnya mulai menjalin hubungan dengan Ferry. Meski demikian, Rei selalu membayangi keduanya. Rei melakukannya tanpa disuruh oleh siapa pun. Dengan dalih menjaga Fani, ia bisa bertemu dengan Langen yang diam-diam masih ia sayangi.

Efek dari patah hati yang dirasakan Bima adalah Bima jadi teringat setumpuk mantan yang pernah disakitinya dulu. Ia mendatangi para mantan yang masih diingatnya. Ketika mendatangi Luna, ia mendapati kenyataan cewek itu telah menikah dan sudah memiliki bayi. Bayi tersebut diberi nama Bhimasena—nama yang mirip dengan nama Bima, bukti bahwa Luna masih mencintai Bima. Mantan Bima yang lain, Puguh, kembali ke kampung halamannya di Sumatera setelah putus dengan Bima. Bima tidak tahu-menahu kalau kedatangan Puguh ke Jakarta untuk memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya. Bima-lah yang merusak hidup Puguh. Kejadian naas juga menimpa Sisil, mantan Bima yang lain. Cewek itu nyaris diperkosa karena cowok-cowok menganggap mantan Bima pasti cewek rusak.

Semua fakta itu membuat Bima tersentak. Ia sungguh menyesal atas apa yang dilakukannya dulu— mempermainkan cewek yang menyukainya dengan tulus. Untuk meredam rasa bersalah, Bima pun menato dada kirinya. Ia berpikir dengan sakitnya tusukan jarum akan menghilangkan perasaan bersalah. Walau tentu saja tidak sepenuhnya hilang dari pikirannya.

Sementara itu, ketika Rei berhenti membuntuti Fani dan Ferry ke mana-mana, saat itulah sifat Ferry yang sebenarnya muncul. Menurut Ferry, karena Fani adalah mantan Bima, maka ia sudah menjadi cewek rusak. Fani menolak tuduhan itu. Ferry pun meminta bukti dengan mengajak Fani tidur di hotel. Fani merasa terhina karena ajakan Ferry. Ia pun merusak kaca mobil Ferry dengan tongkat satpam, lalu meninggalkan cowok itu dengan hati terluka.

Saat itulah, Fani teringat Bima. Bima memang brengsek. Tapi, ia tidak menutupinya dengan pura-pura baik seperti Ferry. Lewat Rei, Fani jadi teringat kebaikan Bima. Terlebih ketika Bima menghibur Fani, Fani merasakan sesuatu yang berbeda pada Bima. Sayangnya, kesalahpahaman membuat perasaan mereka tak bermuara di tempat yang sama.

***

Seperti diketahui, Still adalah sekuel Cewek!!!. Tidak seperti Cewek!!! yang ceritanya mengundang gelak tawa lewat dialog dan adegan, nyaris tak ada humor di Still. Novel ini terkesan mendayu-dayu dan penuh drama. Hal ini wajar karena yang ingin ditonjolkan Esti Kinasih adalah hubungan percintaan para tokohnya.

Hubungan Feby dan Rangga diceritakan adem ayem saja di novel ini, tidak punya konflik berarti. Sementara sentral cerita lebih berpusat pada hubungan Fani dan Bima, meski ada juga porsi untuk kisah Langen dan Rei. Kisah cinta Fani dan Bima sendiri terbilang sweet, terlebih setelah melalui rentetan kejadian, mereka sama-sama menyimpan perasaan sayang namun tak kunjung diungkapkan. 

Yang khas dari novel Esti Kinasih adalah deskripsinya yang menawan. Di novel ini banyak kalimat yang asyik untuk dijadikan quote. Misalnya saja:

“Amarah itu mematikan hati. Dan melukai. Menutup maaf, dan menciptakan benci.” (hal. 19)

“Jangan dilepas kalau tidak yakin.” (hal. 36)

“Cinta sejati yang benar ya yang begini. Seperti yang dia lakukan sekarang ini. mempertahankan cewek yang dia cinta, mati-matian. Dan dengan cara apa pun! Perkara cewek yang dia cinta belum tentu cinta juga, itu masalah lain lagi. cinta bisa ditanam kok. Bisa disemai, dipupuk, terus diusahakan untuk tumbuh. Karena hati itu fleksibel. Tidak mutlak!” (hal. 66)

“Perang melawan patah hati adalah perang yang tidak dapat dimenangkan. Tidak dalam waktu dekat. Namun Bima belum tahu tentang itu.” (hal. 100)

“Namun perpisahan itu juga telah mengajarinya banyak hal. Dirinya belajar memahami betapa berartinya seseorang. Dan bahwa kepergiannya bisa memberikan kepedihan yang tajam, mematahkan semangat, dan mendinginkan hati.” (hal. 106-107)

“Betapa ajaibnya cinta. Dia bisa menggambarkan dengan begitu detail, dalam banyak kata dan warna, sebuah objek yang bahkan adanya nun jauh di batas cakrawala sana.” (hal. 110)

“Dari mana pun cinta itu datang, dari arah yang salah atau benar, torehan pertamanya selalu jadi yang paling menyakitkan. Mungkin karena kita membuka seluruh hati. Mungkin juga karena dia membutakan, hingga tanpa sadar kita melepaskan semua pertahanan diri dan membayangkan versi terindah semua fairytale yang pernah kita baca dan dengar.” (hal. 154)

Meski tak seasyik Cewek!!!, aku lumayan enjoy baca novel ini. Ada beberapa part yang bikin aku mewek-mewek gak jelas, tertohok dengan narasinya yang aduhai bikin aku gigit jari teringat kisah cinta sendiri yang mengenaskan (kok curcol :p). Part ketika Bima menyadari kesalahannya di masa lalu dan menyesal juga bagus sekali.

Overall, aku memberi rating: 3/5 untuk novel ini.

0 comments:

Post a Comment