Jul 10, 2018

Firefight

0


REVIEW FIREFIGHT

Judul: Firefight
Penulis: Brandon Sanderson
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan: I, Agustus 2016
Tebal:  574 halaman
ISBN: 978-602-385-001-3

Blurb:

Setelah berhasil menjatuhkan Steelheart, David belum bisa tenang. Teror baru telah dimulai. Konon Regalia—Epic misterius penguasa kota Babilar—memiliki rencana jahat. 

David dan para anggota Reckoners lainnya kembali mendapat tantangan untuk mencari kelemahan para Epic dan melumpuhkan mereka, tanpa terkecuali. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, David masih menyimpan pengampunan dan harapan kepada seorang Epic. Firefight. 

Mengapa Firefight bisa menempati posisi khusus di hati David? Pantaskah Firefight mendapat kesempatan hidup setelah apa yang dilakukannya? Terlebih, mampukah David membuktikan bahwa hatinya memihak pada orang yang tepat?

Review:

Setelah Steelheart tewas, Epic-Epic baru mulai bermunculan di Newcago untuk unjuk kekuatan. David sebagai anggota Reckorners berusaha menumpas mereka. Walau Epic-Epic tersebut berhasil dilumpuhkan, ada semacam pola aneh yang terbentuk di mana para Epic tak mau menyerang Prof selaku pimpinan Reckorners. Akhirnya, tercapai kesimpulan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Dan, pusatnya ada di kota Babilar yang dulunya bernama New York City.

Kota Babilar diperintah oleh seorang Epic bernama Regalia yang mampu mengendalikan air. Dia membuat Babilar tenggelam dan hanya menyisakan atap-atap gedung yang ditinggali penduduk dan jembatan yang menghubungkan antar gedung. Di sana, David bertemu anggota Reckorners yang lain. Mereka pun bekerja sama untuk menumpas Obliteration, anak buah Regalia.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, David berkomunikasi kembali dengan Megan (Firefight). Kekuatan Epic-nya membuat Megan dapat bereinkarnasi dan hidup kembali. Masalahnya, status Megan berada di wilayah abu-abu. Di satu sisi, dia berada di pihak Regalia karena menginginkan iming-iming wanita itu. Namun, di sisi lain dia juga terus berhubungan dengan David karena tertarik dengan pemuda itu.

David bukannya tak tahu kondisi Megan. Yang dia tak tahu, kenaifannya mengenai apa yang terjadi dimanfaatkan oleh Prof untuk menumpas Regalia. Prof menganggap David telah menyimpang dari rencana, karena selalu bertindak gegabah dan ceroboh. Dia pun dikurung dan dinonaktifkan dari misi. Sebagai balasannya, keselamatan Megan dipertaruhkan, karena Prof tahu cara membunuh Megan.

Saat semua anggota Reckorners pergi menjalankan misi, David menyadari sesuatu. Dia tahu ada yang tak beres, seakan-akan sedari awal semuanya diarahkan untuk memancing kemunculan Prof. Ketika berhasil keluar dari kapal selam tempatnya dikurung, David tahu segalanya telah terlambat. Bahwa pada akhirnya Epic tetaplah Epic. Mereka jahat dan keji. Dan, pemicu itulah yang telah diaktifkan pada Prof, orang yang selama ini jadi panutan David.

***

Kalau pada buku pertama David berhasil membalaskan dendam ayahnya, maka pada buku kedua seri Reckorners Trilogy ini, David harus menyadari konsekuensi atas perbuatannya itu. Pada dasarnya, tak ada yang benar-benar 'selesai'. Para Epic masih hidup dan membuat kekacauan. Jadi, tugas David masih terus berlanjut untuk menumpas para Epic.

David dan semua anggota Reckorners harus pindah ke Babilar untuk menumpas Regalia. Gambaran kota Babilar sendiri amat sangat spektakuler. Kota itu nyaris tenggelam dan penerangannya berasal dari tumbuhan merambat yang buahnya berpijar. Deskripsinya mungkin bisa dibayangkan seperti untaian lampu LED, hanya saja berupa tanaman yang tumbuh di sepanjang gedung. Di kota inilah, Reckorners menyusun rencana untuk menghentikan Regalia. Mereka terikat komitmen setelah pembunuhan Steelheart.

"Dengan membunuh Steelheart, Reckorners telah membuat janji, janji yang harus kita tepati. Epic yang memiliki kekuatan tidaklah berada di luar jangkauan kita. Regalia telah membuktikan ketidakhormatannya untuk nyawa manusia dan kita adalah satu-satunya hukum yang mampu memberikannya keadilan. Sekarang adalah waktunya untuk menyingkirkannya." (hal. 177)

Hubungan David dan Megan semakin intens di buku ini. David yang masih menaruh hati pada Megan terus berkomunikasi dengan gadis itu, walau dia tahu semua anggota Reckorners membencinya. Bukan tanpa alasan tentu saja, karena Megan telah membunuh salah satu rekan mereka. Sesungguhnya, sikap David yang seperti memihak musuh ini dapat membahayakan tim. Walau demikian, pertemuan demi pertemuannya dengan Megan menumbuhkan harapan. Bahwasanya kekuatan Epic yang dimiliki Megan dapat diredam. Asal tak sering digunakan oleh pemiliknya.

Sama seperti buku pertama, Brandon Sanderson menyiapkan kejutan menjelang ending. Sosok sesungguhnya Regalia terkuak, pun rencananya akan Prof yang tak masuk akal. Di sinilah David menyadari pertarungannya tak hanya sebatas memerangi Epic. Namun, lebih dari itu. Karena sejatinya keadilan perlu ditegakkan bagi para pembunuh. Tak peduli apa pun latar belakangnya atau siapa pun dirinya.

"Kita membunuh penjahat, Mizzy." Aku menjulurkan tangan dan memakai kalung, kemudian berdiri. "Kita membawa keadilan kepada mereka yang telah membunuh. Kita tidak membunuh mereka karena apa diri mereka. Kita membunuh mereka karena semua nyawa yang mereka bahayakan." (hal. 493)

Buku ini masih menyisakan misteri mengenai Calamity yang sempat disebut Regalia sebagai pemberi kekuatan bagi para Epic. Kisah tentang Calamity ada di buku ketiga yang merupakan buku terakhir seri Reckorners Trilogy. Bagi penggemar fantasi, tak boleh melewatkan seri ini. Paduan karakter para tokoh, plot yang tak mudah ditebak, ending yang tak terduga, pun kisah pertarungan yang mendebarkan, layak disimak hingga akhir cerita. 

Rating: 5/5 bintang

0 comments:

Post a Comment