REVIEW BAD MAGIC
Judul: Bad Magic (Sihir yang Buruk)
Penulis: Pseudonymous Bosch
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: I, 2018
Tebal: 361 halaman
ISBN: 978-602-04-5580-8
Blurb:
Sihir itu BURUK. Palsu. Nggak nyata. Setidaknya, begitulah menurut Clay, yang pernah melihat satu pertunjukan sulap. Ketika kata-kata dari jurnalnya muncul secara misterius di dinding sekolahnya sebagai grafiti, dia nggak pernah membayangkan bahwa sihir itu bisa disalahkan. Kemudian kasus grafiti yang sama mendaratkannya di Peternakan Bumi, sebuah perkemahan untuk anak-anak "bermasalah" di sebuah pulau vulkanik terpencil, sihir adalah hal terakhir yang dia harapkan bisa ditemukan di sana.
Tapi di Peternakan Bumi, ada kejutan aneh satu demi satu, sampai Clay nggak tahu lagi apa yang akan terjadi. Apakah dia benar-benar berbicara dengan seekor llama? Apakah dia benar-benar melihat hantu? Apa rahasia menyeramkan yang tersembunyi di perpustakaan yang ditinggalkan? Satu-satunya yang dia tahu pasti adalah bahwa di balik sebuah vog (kabut vulkanik), nggak ada yang seperti itu. Kira-kira, bisa nggak dia memecahkan teka-teki Peternakan Bumi sebelum permasalahannya meletus?
Review:
Clay membenci sihir, sebab sihir mengingatkannya pada kakaknya Max-Ernest. Max-Ernest seorang pesulap. Clay menganggap pesulap adalah tukang bohong. Clay berpikir seperti itu, karena dia kecewa pada kakaknya. Kakak Clay memang pergi dari rumah tanpa penjelasan. Melihat kedekatan mereka, tentu Clay tak terima dengan kepergian kakaknya. Dia merasa diabaikan dan ditinggalkan oleh kakaknya sendiri.
Saat Clay tak mengerjakan esai mengenai peran sihir dalam drama The Tempest karya Shakespeare, dia diberi sebuah jurnal oleh gurunya Mr. Bailey. Jurnal itulah awal mula serentetan kejadian aneh yang dialami Clay. Mulai dari tudingan dia penulis grafiti 'SIHIR ITU PAYAH' di sekolahnya, sampai hukumannya di Perkemahan Bumi yang berada di sebuah pulau terpencil.
Clay bertemu anak-anak bermasalah lain di Perkemahan Bumi. Mereka (Jonah, Kwan, dan Pablo) tinggal dalam satu kabin. Awalnya, tak ada yang spesial dengan Perkemahan Bumi. Hingga suatu hari, Clay melanggar aturan dengan melintasi Dinding Kepercayaan untuk pergi ke sebuah reruntuhan kuno. Ternyata ada sebuah perpustakaan di sana. Dia juga berkenalan dengan seorang gadis berambut merah bernama Mira.
Semenjak perkenalannya dengan Mira, Clay menyadari semua yang terjadi di Perkemahan Bumi tampak tak normal, seakan semua mengingatkannya pada drama The Tempest. Belum lagi dia mendapati ada bara permusuhan dari Flint yang tak dia mengerti. Semua misteri itu benar-benar menyita perhatian Clay. Yang tak diduga Clay, rupanya ada rahasia lain di Perkemahan Bumi. Bahwa semua ini masih berhubungan dengan menghilangnya Max-Ernest dan kebenciannya akan sihir.
***
Bad Magic adalah buku pertama dari seri Bad. Seri Bad sendiri masih berhubungan dengan karya penulis yang lain, yaitu seri The Secrets. Meski masih berhubungan, tapi tak masalah langsung membaca seri Bad ini.
Penulis mengawali cerita Bad Magic dengan mengenalkan seorang narator yang menyebut dirinya 'aku'. Tak ada penjelasan mengenai siapa si 'aku' tersebut. Bak mendongeng, si 'aku' menceritakan tentang masa kecil Clay dan kakaknya Max-Ernest. Gaya penceritaan semacam ini mungkin sedikit tidak umum dan membuat pembaca tidak fokus. Namun, lama-lama akan terbiasa juga, karena intensitas kemunculan si 'aku' tidak terlalu mendominasi. Selebihnya, cerita berpusat pada petualangan Clay di Perkemahan Bumi.
Di buku ini dikisahkan Clay begitu membenci sihir yang sering dihubungkan dengan permainan sulap yang ajaib. Sejak kecil, Clay telah diajari kakaknya Max-Ernest mengenai trik-trik sulap. Dia pun berpendapat sihir pertunjukan sulap tak ada istimewanya, sama dengan sihir pada umumnya.
"Pesulap cuma mengatakan banyak hal untuk membuatmu berpikir mereka melakukan sesuatu yang nggak mereka lakukan. Mereka pembohong. Penyihir kacangan." (hal. 21)
Hukuman menjalani kamping musim panas untuk anak-anak bermasalah, membawa Clay menuju Perkemahan Bumi. Petualangan Clay pun dimulai. Karena penasaran dengan reruntuhan kuno dan desas-desus mengenai hantu perempuan, Clay berusaha masuk ke sana. Pada bagian ini, ceritanya mulai menarik, karena misteri mengenai perpustakaan dan penghuninya dimunculkan. Pembaca dibuat menebak-nebak apa yang terjadi, juga hubungan para peserta kemah dengan drama The Tempest.
Ada yang menarik mengenai penjabaran perpustakaan milik Price yang didatangi Clay. Perpustakaan tersebut tak hanya berisi ribuan buku, tapi juga benda-benda yang tampak seperti hartu karun—seperti vas-vas rumit, teleskop, mikroskop, relik-relik, kristal, batu meteor, sampai batu vulkanik. Kesemua barang antik tersebut diatur menggunakan sistem Desimal Dewey yang mana adalah klasifikasi perpustakaan yang paling banyak digunakan di dunia. Sistem ini menggunakan angka tiga digit untuk mempresentasikan sepuluh kelas utama dengan perluasan desimal untuk mempresentasikan lebih banyak detail. (hal. 200-201)
Buku ini diakhiri dengan terkuaknya misteri di Perkemahan Bumi dan jati diri Clay yang sesungguhnya. Memang masih ada yang mengganjal mengenai alasan ikut campurnya Max-Ernest dengan kejadian di Perkemahan Bumi. Namun, bisa dipastikan penjelasannya disimpan untuk buku kedua dari seri Bad, yaitu Bad Luck.
Meski dari segi cerita amat menarik, sayangnya untuk terjemahannya sendiri terasa kurang luwes. Terutama dengan gaya penceritaannya. Awalnya akan terasa kagok saat menemukan penggunaan kata 'nggak' atau 'kamu' di buku ini, bahkan untuk narasi, bukan cuma dialog saja.
Sesungguhnya wajar menggunakan bahasa santai pada buku terjemahan, mengingat di kover tertulis buku ini ditargetkan untuk pembaca usia 12+. Namun, apabila terbiasa membaca novel terjemahan dengan penggunaan bahasa baku, maka akan terasa mengganjal. Untunglah, setelah beradaptasi dengan gaya terjemahannya, akhirnya bisa juga menikmati keseruan cerita Bad Magic hingga akhir. Bahkan dibuat penasaran dengan aksi Clay di buku selanjutnya, yaitu Bad Luck.
Overall, buku ini recommended apabila ingin bacaan ringan yang diselimuti teka-teki yang berhubungan dengan sihir, drama The Tempest karya Shakespeare, dan perpustakaan. Selamat membaca!
Rating: 3/5 bintang
Belum pernah baca buku yang satu ini. Bisa nih dicoba baca, saya juga suka baca buku yang berhubungan dengan fantasi-fantasi gitu :) hehehe
ReplyDelete