Sep 30, 2015

Sleepover

0


REVIEW SLEEPOVER

Judul: Sleepover
Penulis: Nathalia Theodora
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Cetakan: I, 2015
Tebal: 173 halaman
ISBN: 978-602-02-7094-4
Bisa dibeli di: Bukupedia.com

Blurb:

Hanna yang baru pulang les bersama pacarnya Edward dihadang oleh preman, dan sebagai akibatnya Edward ditusuk hingga meninggal.

Dua tahun kemudian, Hanna mengadakan acara menginap bersama dengan ketiga temannya—Erin, Jill, dan Sharon.

Acara menginap mereka yang awalnya seru mendadak berubah menjadi mimpi buruk, ketika listrik padam dan seorang penyusup meneror mereka. Selama semalaman mereka berusaha melarikan diri dari penyusup itu, sampai kemudian satu demi satu teman-teman Hanna menghilang.

Review:

Tiap pulang kursus bahasa Inggris, Hanna selalu lewat gang sepi. Gang itu adalah jalan pintas menuju tempat ayah Hanna menjemputnya. Sayangnya, hari itu ayah Hanna sibuk, sehingga tak bisa menjemput Hanna. Hanna pun meminta pacarnya Edward untuk menjemputnya. Tak lama, Edward pun datang. Hanna pikir tak akan ada masalah setelah Edward menjemputnya. Namun, masalah muncul ketika mereka dihadang tiga preman di jalan. Saat itulah, nasib buruk menimpa Edward. Karena memicu emosi salah seorang preman, perut Edward ditusuk pisau. Nyawa Edward tak sempat diselamatkan. Ia pun tewas karena kehabisan darah.

Hanna sangat terpukul dengan kematian Edward. Namun, lambat laun keadaan Hanna mulai membaik. Teman baiknya Jill dan Erin selalu menemaninya. Ditambah lagi ada Sharon, si anak baru dan Ryan yang kini menjadi pacarnya. Awalnya, Hanna curiga Sharon dan Ryan memiliki hubungan khusus karena mereka pindah bersamaan ke sekolah Hanna. Tapi, Sharon menepis kecurigaan itu. Sharon lah yang malah getol menjodohkan Hanna dan Ryan.

Suatu hari, Erin mencetuskan ide agar mereka menginap bersama. Pilihan tempatnya jatuh pada rumah Sharon, karena orang tuanya sedang ke luar negeri. Ketika sudah sampai rumah Sharon, Hanna tak sengaja menemukan obat antidepresi milik cewek itu. Ia juga melihat bekas luka di tubuh Sharon. Akhirnya, Sharon bercerita ketika di sekolahnya dulu ada cowok yang terobsesi padanya dan pernah ingin memerkosanya. Hal itu membuat Sharon depresi, sehingga ia harus berobat ke psikiater. Itu pula alasan kenapa Sharon pindah ke sekolah Hanna.

Meski diwarnai kisah kelam Sharon, acara menginap berlangsung seru. Bahkan ketika listrik rumah Sharon padam, hal itu malah dijadikan ajang bermain petak umpet oleh Jill. Namun, permainan itu tak lagi menarik ketika Sharon tak juga kembali. Bukan hanya itu saja. Yang lebih menakutkan, Hanna melihat genangan darah di lantai rumah Sharon. Spekulasi bermunculan. Mereka berpikir ada penyusup yang datang—cowok yang dulu pernah ingin memerkosa Sharon. Ada kemungkinan cowok itu menyekap Sharon.

Hanna, Jill, dan Erin berusaha keluar dari rumah Sharon dan menghubungi polisi. Namun, rupanya tak segampang itu. Pada akhirnya, Hanna harus berusaha menyelamatkan Jill dan Erin yang disekap sang penyusup. Lalu, ketika Hanna mengetahui satu fakta yang mencengangkan mengenai Sharon, ia pun sadar bahwa dari awal tak ada penyusup di antara mereka. Semua kengerian yang dialaminya berhubungan dengan Edward—pacarnya yang sudah meninggal. Sesuatu yang sama sekali tak diduga Hanna, yang datang dari seseorang yang tak disangkanya pula.

***

Ini pertama kali aku membaca novel Nathalia Theodora, dan aku sukses dibuat penasaran sampai akhir cerita. Wow! Salut! Penulis patut diacungi jempol karena menghadirkan ketegangan dan misteri di tiap akhir bab. Itu pula alasan aku enggan meninggalkan novel ini sampai ketemu kata tamat. Bikin geregetan soalnya.

Untuk ide ceritanya sendiri tergolong unik, meski aku pernah baca ada novel dengan ide cerita yang mirip—terjebak di sebuah rumah dengan seorang pembunuh. Walau demikian, aku suka bagaimana penulis membuat twist dan menyebar clue-clue yang berhubungan dengan si penyusup dari awal bab. Bagian yang paling aku suka dari novel ini ada di ending. Baca kalimatnya membuatku berharap ada sekuelnya:

“Dia mungkin akan kembali mengejarku. Dia mungkin akan kembali menghabisiku. Dan mungkin saat itu, aku tidak akan seberuntung malam ini.” (hal 173)

Kelemahan dari novel ini menurutku ada pada setting waktu dan suasana yang dihadirkan. Sayang sekali penulis tidak begitu menjabarkan dengan jelas. Padahal kalau deskripsinya lebih detail lagi, pasti makin terlihat ‘hidup’. Apalagi di novel ini diceritakan penyusup datang pada malam hari dan saat listrik padam. Sedikit sekali penggambaran ruangan yang temaram atau penggunaan senter oleh para tokoh. Tokoh Hanna seperti bisa melihat sekeliling dengan jelas, padahal jelas-jelas keadaan gelap. Hal ini patut disayangkan, karena ceritanya sudah bagus sekali. Akhirnya, aku membayangkan kejadiannya terjadi pada siang hari, jadi semuanya terlihat jelas.

Meski ada kelemahan, novel ini masih seru untuk dinikmati. Kalau suka novel teenlit dengan genre thriller yang ceritanya ringan, Sleepover bisa dijadikan rekomendasi. Oh ya, aku juga suka dengan kover Sleepover. Konsepnya bagus, sesuai dengan isi novel. Sayang nama ilustratornya tidak tercantum di identitas novel.

Overall, aku kasih 3,5/5 bintang untuk novel ini. Good job, Kak Nath. Jadi pengin baca novelnya yang lain deh :)

0 comments:

Post a Comment